Rabu, 07 Oktober 2009

indonesia maju

Indonesia maju.
Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman pahit yang telah menggantarkan kita untuk lebih merepleksikan diri dan menggali potensi diri serta melakukan eksen dan menepaluasinya. Kalo ketiga tahap ini telah dilakukan oleh bangsa Indonesia maka keterpurukan sebuah bangsa akan dengan cepat terobati.
Bukanh saatnya lagi kita untuk siling menyalahkan satu sama lain yang berkepanjangan tampa membuahkan jalan keluar. Sudah banyak pelajaran yang kita dapat baik dari ulah kita sendiri dan teguran dari tuhan atas ulah kita sendiri.
Sebagai contoh terjadinya gempa bumi, kerisis moneter, banjir, topan, ledakan bom, ginung berapi, dan sunami, menjadi pertanyaannya adalah apakah bangsa Indonesia ini sudah belajar dan mengambil hikmahya deng cara mempelajari dan mencari akar masalahnya, jaganlah kita menjadi bangsa yang malas dengan tidak mau berusaha mencari penyebab dan cara penangulangannya. Dan janganlah kita selalu menyalahkan tuhan, karena sesungguhnya kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini baik da lautan maupun di daratan serta di udara itu semua akibat dari tangan-tangan jahil manusia yang dihantui perasaan serakah dan ingin menguasai hak milik orang lain.
Semoga kita dapat keluar dari kerepurukan dan menjadikan bencana sebagai momentum untuk merefleksikan diri dan menjadikan potensi yang bermamfaat bagi bangsa dan negara.

Senin, 05 Oktober 2009

vE BAKAU BESAR LAUT. PEBRTUANTONI& TEMAN

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Pontianak












Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini



Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009

I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Februantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Minggu, 15 Maret 2009
Pukul : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Balai Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan
Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Bakau Besar Laut direncanakan pada hari Minggu, 15 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. Dedy Armayadi untuk Materi “Demokrasi & Pemilu” dan Materi “Menjadi Pemilih Cerdas”
b. Pebruantoni untuk Materi “Hari Pemilu”

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah pemilih marginal. (Nama peserta terlampir).




II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana Pesta Demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang Baliho, Spanduk, Poster, Stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon Wakil Rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan Pertisipasi Rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya Wakil Rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun Presiden dan Wakil Presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih adalah Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak. Sebagian besar penduduk berkerja sebagai nelayan dan petani kecil. Karena itu Desa Sungai Bakau Besar Laut dipilih sebagai lokasi pendidikaan pemilih untuk target pemilih marginal.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diberikan materi tentang Materi demokrasi dan pemilu disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok.

Fasilitator diantaranya menjelaskan tentang arti kata demokrasi dan hubungannya dengan pemilu. Untuk menumbuhkan semangat dan partisipasi peserta, penyampaian materi dibuat lebih interaktif. Fasilitator sering bertanya kepada peserta terkait materi yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya, peserta bisa bertanya langsung kepada fasilitator.

b. Hasil diskusi kelompok tentang “harapan” kepada pemerintahan terpilih 2009-2014.
Selain menyampaikan materi demokrasi dan pemilu, pemateri juga mengarahkan peserta untuk berdiskusi kelompok. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok dan topik yang dibahas yakni tentang harapan masyarakat Desa Sungai Bakau Besar Laut terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014 nantinya. Harapan masyarakat ini dapat menjadi input dalam kontrak politik kepada calon dan partai politik yang datang ke Desa Sungai Bakau Besar Laut. Kontrak politik ini adalah salah satu alat untuk memastikan pemerintahan terpilih nantinya mewujudkan aspirasi dan harapan masyarakat. Jika calon atau partai ingkar dan lupa dengan janji-janjinya, masyarakat dapat menuntut mereka.


Diskusi Kelompok 3

Adapun hasil diskusi kelompok tentang harapan masyarakat Desa Sungai Bakau Besar Laut terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014 adalah sebagai berikut:

Kelompok I
1. Harapan kami pemerintahan terpilih nanti harus jujur, bijaksana, harus bisa memikirkan nasib rakyat dan jangan korupsi.
2. Bisa dibawa untuk bermusyawarah.
3. Bisa menciptakan lapangan kerja.


Presentasi Hasil Diskusi Kelompok I Presentasi Hasil Diskusi Kelompok II


Kelompok II
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Pendidikan gratis.
3. Kesehatan gratis.
4. Amanah.
5. Dapat menstabilkan ekonomi.

Kelompok III
1. Pemimpin adil dan sejahtera.
2. Pelayanan kesehatan yang lebih adil mengedepankan kepentingan masyarakat kecil.
3. Pendidikan gratis.

c. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diajak berdiskusi tentang apa itu pemilih cerdas. Fasilitator juga bertanya kepada peserta tentang calon dan partai politik layak dipilih pada pemilu 2009.

Dari hasil diskusi kelompoknya, peserta telah memunculkan calon seperti apa yang layak dipilih. Kelompok 1 misalnya, menyatakan bahwa calon yang dipilih harus jujur, bijaksana, harus bisa memikirkan nasib rakyat dan jangan korupsi. Orangnya demokratis. Dalam mengambil keputusan bermusyawarah terlebih dahulu dengan konstituennya. Kelompok II dan kelompok III menambahkan, calon yang layak dipilih adalah calon yang amanah, adil dan dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Fasilitator dalam sessi ini hanya menegaskan tentang seperti apa pemilih cerdas, bagaimana menilai calon dan partai politik yang layak dipilih.

Apa itu pemilih cerdas?
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.

Bagaimana menilai calon legislatif?
 Prestasi Calon – bermanfaat kepada orang banyak, dicapai secara jujur
 Janji saat kampanye – masuk akal atau sekedar pemanis saja
 Indikasi korupsi – lihat gaya hidupnya, apakah sesuai dengan pekerjaannya.
 Perilaku keseharian

Bagaimana menilai partai politik?
 Apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi?
 Sering kisruh misalnya memperebutkan posisi atau anggotanya pecah
 Tidak punya program yang berkesinambungan
 Tidak mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya

d. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.

Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Februantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya yaitu;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
2. Cara pencontrengan; pencontrengan sempurna dan tidak sempurna.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.

Selepas memberikan pengantar, fasilitator kemudian memberikan kesempatan simulasi pencontrengan kepada peserta, serta membuka sessi tanya jawab.


Februantoni menjelaskan tentang surat suara pemilu.

Sessi ini diikuti peserta dengan antusias. Rasa ingin tahu peserta cukup besar. Banyak pertanyaan yang diajukan peserta kepada fasilitator.

Salah satu peserta bertanya tentang cara pencontrengan tidak sempurna.

e. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan.

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 1 4 5
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 5 4
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 1 5 4
4 Ketepatan methodologi pelatihan 2 4 4
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 1 4 2 3
6 Fasilitas akomodasi 2 3 5
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 1 5 4
Catatan untuk evaluasi di atas yang perlu diperhatikan adalah tentang dukungan alat-alat, ketepatan methodologi, dan fasilitas akomodasi. Ada 1 responden yang mengungkapkan alat yang digunakan “jelek” dan 4 responden yang menilai “biasa”. Ketika fasilitator bertanya tentang hal ini, peserta menyatakan; kurangnya “LCD/Infokus” dan alat peraga simulasi pemilu sehingga responden menilai dukungan alat-alat dalam pendidikan pemilh ini “jelek” dan “biasa”. Pada pendidikan pemilih ini tim trainer tidak dibekali dengan dukungan alat berupa “LCD” dan alat peraga simulasi pemilu. Namun demikian tim trainer telah membuat lembar surat suara untuk simulasi dan penjelasan materi pada kertas casing. Penggunaan LCD pada siang hari dengan ruangan yang terang justru tidak efektif.

Selanjutnya tentang ketepatan methodologi dan fasilitas akomodasi yang dinilai “tidak bagus” oleh 2 orang responden. Untuk methodologi peserta mengharapkan adanya simulasi yang dilengkapi alat peraga. Sedangkan fasilitas akomodasi yang dinyatakan kurang, ternyata 2 orang ini berharap adanya “penggantian uang transportasi”. Karena dalam pendidikaan pemilih ini lebih mengutamakan partisipasi publik dan didasarkan atas kebutuhan masyarakat, maka pendidikan pemilih ini tidak menyediakan “penggantian uang transport”.

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh seluruh peserta. Namun ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta ini, yaitu; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban peserta tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Biar suara dipergunakan dengan baik.
 Untuk berpartisipasi dalam pemilu.
 Karena untuk mencari calon legislatif yang benar.
 Untuk memilih partai yang baik.
 Karena untuk menentukan nasib rakyat.
 Karena pemilu 2009 akan menentukan nasib bangsa.
 Karena kita ingin mencari seorang pemimpin untuk memperjuangkan masa depan bangsa.
 Karena ingin wakil rakyat yang memihak pada rakyat.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Cara menyampaikan dengan hormat dan ramah.
 Diskusi Kelompok.
 Informasi yang baru.
 Materi tentang surat suara sah.
 Banyak variasinya.
 Pengetahuan tentang pemilu.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 LCD nya harus ada dalam training.
 Penguasaan materi perlu ditingkatkan.
 Penjelasan tentang pemilu hendaknya disampaikan secara singkat, padat, dan tidak bertele-tele.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Peserta yang umumnya telah berumur belum terbiasa menerima pelatihan dari fasilitator yang umumnya masih muda. Banyak pertanyaan peserta lebih kepada pengujian kemampuan fasilitator. Namun demikian, belajar dari pengalaman yang ada, peserta yang seperti ini bisa dihadapi dengan pendekatan personal. Peserta yang jadi trouble maker ini lebih banyak diminta menyampaikan pendapatnya, lantas fasilitator memperkuat pernyataannya berdasarkan argumen yang logis, rasional, dan menyajikan contoh-contoh kongkret sesuai dengan permasalahan yang dekat dengan masyarakat.
2. Keterbatasan alat berupa “LCD” dan alat peraga simulasi. Ini jadi tantangan karena peserta menginginkan “LCD” dan alat peraga simulasi berupa kotak suara. Tim trainer menjelaskan bahwa LCD dan alat peraga ini tidak disediakan karena memandang dengan lembar simulasi yang ada, praktek hari pemilu bisa dilakukan.

2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Bakau Besar Laur ini tidak mengalami kendala berarti. Tim trainer langsung menghubungi Kepala Desa setempat, 2 hari sebelum penyelenggaraan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan disepakati hari Minggu pagi. Waktu ini dipilih untuk tidak mengganggu kerja masyarakat. Kemudian Kepala Desa mengundang warganya untuk datang ke balai desa, tempat penyelenggaraan kegiatan. Target peserta 40 orang dapat dipenuhi, bahkan jumlah peserta yang hadir mencapai 50 peserta. Dari proses persiapan penyelenggaraan kegiatan ini dapat diperoleh pembelajaran, bahwa pelaksanaan kegiatan yang didukung Kepala Desa dan melibatkan masyarakat secara langsung akan mempermudah penyelenggaraan kegiatan.
2. Penyampaian alur kegiatan dan menyepakati kontrak belajar di awal kegiatan penting dilakukan untuk memberikan gambaran tentang agenda yang dijalankan selama pendidikan pemilih dan efektivitas penggunaan waktu pertemuan.
3. Beberapa peserta dalam pendidikan pemilih ini belum terbiasa menerima penjelasan dari fasilitator yang umurnya lebih muda darinya. Untuk menghadapi peserta yang seperti ini fasilitator berupaya untuk selalu terbuka dan berempati. Penjelasan kepada peserta dipilih kepada contoh-contoh kongkret berdasarkan pengalaman masyarakat, dan menggunakan analogi yang mudah mereka cerna. Penghargaan terhadap pernyataan peserta, meskipun dalam bentuk pengujian kemampuan fasilitator, tetap dikedepankan. Sebelumnya fasilitator menegaskan bahwa dalam pendidikan pemilih ini aspek yang diutamakan adalah “berbagi informasi”. Kebetulan beberapa peserta yang ikut merupakan petugas KPPS setempat. Dengan berbagi, informasi yang ada bisa saling melengkapi. Karena itu, untuk beberapa sessi, fasilitator mengarahkan peserta untuk berdiskusi kelompok.
4. Kata “LCD” dalam lembar evaluasi hendaknya dijelaskan sebagai contoh. Kata ini rupanya cukup mempengaruhi peserta dalam menilai dukungan peralatan kegiatan pendidikan pemilih ini. Peralatan LCD memang tidak disediakan karena keterbatasan anggaran. Mengenai hal ini fasilitator menjelaskan tentang efektivitas peralatan yang digunakan. LCD tidak terlalu efektif digunakan dalam ruangan yang terang, karena tampilan gambarnya menjadi kurang jelas. Selain itu, penggunaan peralatan seadanya namun disesuaikan dengan kebutuhan penjelasan, seperti lembar simulasi sudah cukup membantu peserta memahami materi yang dijelaskan.
5. Kekompakkan fasilitator jadi salah satu faktor penting dalam memfasilitasi peserta. Pembagian peran yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan sangat membantu kelancaran pendidikan pemilih ini. Jika ada pertanyaan yang sulit dijawab oleh salah satu fasilitator, fasilitator lainnya dapat membantu.

vE SUI RASAU

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Pontianak












Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini



Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009

I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Pebruantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Senin, 16 Maret 2009
Pukul : 13.00-17.00 WIB
Tempat : Surau Nurul Iman, Jl Maduras, Desa Sungai Rasau,
Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Rasau direncanakan pada hari Senin, 16 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. Dedy Armayadi untuk Materi “Demokrasi & Pemilu” dan Materi “Menjadi Pemilih Cerdas”
b. Pebruantoni untuk Materi “Hari Pemilu”

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 56 orang, yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 39 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah kaum perempuan. (Nama peserta terlampir).




II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana Pesta Demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang Baliho, Spanduk, Poster, Stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon Wakil Rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan partisipasi rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya Wakil Rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun presiden dan wakil presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih dengan target pemilih perempuan adalah Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak. Desa Sungai Rasau dipilih karena sebagian besar pemilih perempuan di desa ini masih buta huruf dan berumur (lansia) dan belum pernah memperoleh sosialisasi PEMILU 2009.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Materi demokrasi dan pemilu ini disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Dalam penyampaian materi ini fasilitator dibantu oleh Bapak Rocky guna menerjemahkan penjelasan ke dalam bahasa Madura.

Pada bagian pertama sessi ini, fasilitator terlebih dahulu menjelaskan tentang arti demokrasi. Fasilitator menjelaskan bahwa demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan. Jadi, demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ia berkaitan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan musyawarah dan melibatkan banyak pihak dapat dikatakan sebagai keputusan yang demokratis. Contoh berdemokrasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya di rumah tangga. Jika hendak mengambil suatu keputusan biasanya anggota keluarga berkumpul dan bermusyawarah. Bila keputusan diambil berdasarkan keputusan bersama, maka keputusan itu dapat dikatakan demokratis.

Di desa, contoh praktek berdemokrasi diantaranya yaitu pemilihan Ketua RT, Ketua RW, dan Pemilihan Kepala Desa.

Bapak Rocky, salah satu peserta menceritakan pengalamannya menerapkan praktek berdemokrasi dengan anak didiknya. Pak Rocky merupakan salah satu guru ngaji di Desa Sungai Rasau. Saat akan mengambil keputusan Pak Rocky selalu mengajak orang tua dan anak didiknya bermusyawarah. Hal itu dilakukan guna mendidik muridnya untuk menggunakan musyawarah dalam mengambil keputusan, dan agar keputusan yang diambil dapat diketahui bersama.


Dedy Armayadi, salah satu fasilitator sedang menjelaskan materi “Demokrasi dan Pemilu”

Untuk menambah wawasan peserta, fasilitator menjelaskan tentang demokrasi yang pernah dijalankan di Indonesia. Sedikitnya di Indonesia terdapat 4 fase demokrasi, yakni demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan demokrasi di era reformasi. Demokrasi di era reformasi telah banyak mengalami perubahan. Kini pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Namun demikian, demokrasi yang kini berlangsung di Indonesia masih sebatas demokrasi prosudural, belum subtantif. Proses berdemokrasi di Indonesia baru menjalankan prosedur dari tahapan-tahapan demokrasi, namun belum menyentuh pada hakikat demokrasi.

Demokrasi dan pemilu adalah alat agar suara/harapan rakyat dapat diwujudkan oleh pemerintahan terpilih. Pemerintahan terpilih yang dimaksud yakni pemimpin negara dan daerah, serta wakil rakyat baik yang duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.

b. Hasil diskusi kelompok tentang “harapan” kepada pemerintahan terpilih 2009-2014.
Pada sessi materi “Demokrasi dan Pemilu” Fasilitator mengarahkan peserta untuk menggali harapan/aspirasi masyarakat Desa Sungai Rasau kepada pemerintahan terpilih nantinya. Peserta kemudian dibagi kedalam 3 kelompok. Karena sebagian besar peserta “buta huruf”, maka masing-masing kelompok didampingi peserta yang pandai menulis dan membaca.


Diskusi kelompok 1 membahas harapan masyarakat terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014.

Setelah semua peserta rampung mendiskusikan harapan mereka kepada pemerintahan terpilih, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok. Presentasi kelompok 1 disampaikan oleh Mulyadi, presentasi kelompok 2 disampaikan oleh Reza Azizah, dan presentasi kelompok 3 disampaikan oleh Bapak Rocky.


Presentasi Hasil Diskusi dari Kelompok 2 oleh Reza Azizah.

Berikut hasil diskusi ketiga kelompok peserta;

Kelompok I:
1. Turunkan harga BBM.
2. Perhatikan rakyat kecil.
3. Gratiskan biaya pendidikan. Pemerintah menyatakan biaya pendidikan gratis, namun pada kenyataannya untuk beberapa kebutuhan pendidikan seperti pembelian buku, SPP belum sepenuhnya gratis.
4. Gratiskan biaya rumah sakit. Meskipun sudah ada asuransi kesehatan untuk orang miskin seperti ASKESKIN, JAMKESMAS dan sebagainya, pada kenyataanya pelayanan kesehatan kepada oran miskin pemerintah terkesan setengah hati. Banyak rumah sakit yang kurang respek dan mempersulit masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Karena itu, masyarakat berharap kedepan, biaya rumah sakit benar-benar digratiskan.
5. Orang Madura ingin diakui sebagai putera daerah. Sebagian besar penduduk yang beretnis Madura lahir di Kalimantan Barat. Namun hingga kini etnis Madura belum diakui sebagai putera daerah. Etnis Tionghoa yang berasal dari negara lain sudah diakui sebagai putera daerah, tapi mengapa etnis Madura yang masih berada di kawasan nusantara tidak diakui sebagai putera daerah? Oleh karena itu kelompok 1 mengharapkan pemerintahan terpilih nantinya bersikap adil dan mengakui orang Madura yang lahir di Kalimantan Barat sebagai putera daerah.
6. Ingin mendapatkan perlindungan dan keamanan dari berbagai masalah. Sejak krusuhan etnis beberapa waktu lalu, orang Madura trauma, dan berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Orang Madura berharap pemerinatahan terpilih nanti tidak diskriminasi dan memberikan perlindungan kepada orang-orang Madura.

Kelompok II:
1. Bangsa Madura ingin diakui sebagai putera daerah.
2. Sembako Murah. Saat ini pendapatan masyarakat menurun karena harga jual hasil pertanian menurun. Dulu harga karet bisa mencapai Rp. 11.000,- per kilo, sekarang hanya dihargai Rp 4.000,- per kilo. Turunnya pendapatan masyarakat ini berbanding terbalik dengan harga sembako. Harga sembako naik setinggi langit. Harga beras sekarang sudah mencapai Rp 7000,- sekilo. Kedepan masyarakat berharap pemerintah dapat menurunkan harga sembako.
3. Tolong ciptakan keamanan.
4. Memperhatikan pendidikan masyarakat.
5. Menaikkan harga jual tani; sayur-sayuran. Penduduk Desa Sungai Rasau umumnya bermatapencaharian sebagai petani. Komoditas yang dijual antara lain yakni, sayur-sayuran, karet, dan sebagainya. Masyarakat berharap pemerintah dapat menaikkan harga jual hasil tani sehingga pendapatan masyarakat bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
6. Memperhatikan aspirasi rakyat.
7. Berantas korupsi. Korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat negara di Jakarta, tapi juga di desa-desa. Berantas korupsi harus dilakukan menyeluruh. Tidak tebang pilih.

Kelompok III:
1. Kami suku Madura belum diakui sebagai putera daerah kalimantan.
2. Sembako murah.
3. BBM turun.
4. Tolong perhatikan pendidikan dan ciptakan pembangunan.
5. Tolong perhatikan guru-guru ngaji, Ketua RT, dan Ketua RW. Guru-guru ngaji, juga Ketua RT, dan Ketua RW belum diperhatikan pemerintah. Masyarakat berharap pemerintah bisa memberikan tunjangan kepada Guru-guru ngaji, Ketua RT, dan Ketua RW.
6. Ciptakan keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Materi “Menjadi Pemilih Cerdas” disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan adalah ceramah - tanya jawab dan diskusi kelompok.

Materi yang disampaikan fasilitator antara lain tentang bagaimana menjadi pemilih cerdas, yaitu:
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.

Selain itu, fasilitator juga menyampaikan materi bagaimana cara menilai calon. Berikut beberapa kriteria yang disampaikan:
 Prestasi Calon – bermanfaat kepada orang banyak, dicapai secara jujur
 Janji saat kampanye – masuk akal atau sekedar pemanis saja
 Indikasi korupsi – lihat gaya hidupnya, apakah sesuai dengan pekerjaannya.
 Perilaku keseharian

Sedangkan untuk menilai partai peserta diajak untuk melihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
 Apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi?
 Sering kisruh misalnya memperebutkan posisi atau anggotanya pecah
 Tidak punya program yang berkesinambungan
 Tidak mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya

Guna menggali calon dan partai politik yang layak dipilih, fasilitator kembali meminta peserta untuk berdiskusi kelompok. Kelompok yang digunakan tetap sama dengan kelompok pada sessi sebelumnya. Sedangkan pertanyaan yang hendak dibahas adalah; calon dan partai politik seperti apa yang layak dipilih pada pemilu 2009 ini?

Selepas berdiskusi peserta kemudian diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing. Adapun hasil diskusi kelompok tentang calon dan partai politik yang layak dipilih adalah sebagai berikut;

Kelompok I
1. Yang baik, jujur, adil dan kreatif.
2. Calon yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
3. Calon yang dapat menciptakan pembangunan.
4. Calon dan partai yang dapat mengayomi seluruh rakyat.
5. Partai yang dapat menciptakan keadilan.

Kelompok II
1. Calon yang baik dan tidak korupsi.
2. Calon yang berpengalaman dalam menciptakan pembangunan.
3. Calon yang berpendidikan tinggi, cerdas, dan tidak suka mengumbar janji.
4. Calon yang dapat menjadi tauladan bagi rakyatnya.
5. Partai yang dapat mengemban amanah rakyat.

Kelompok III
1. Calon yang dapat mewujudkan harapan rakyat.
2. Calon yang pandai dan berpendidikan tinggi.
3. Calon yang tidak suka korupsi
4. Calon yang berahlak baik.
5. Partai yang merakyat.
6. Partai yang telah menunjukkan kinerjanya dengan nyata.


Suasanan hangat saat sessi presentasi hasil diskusi kelompok. Peserta tertawa mendengarkan “joke” seorang peserta.

Sessi ini diikuti dengan antusias oleh peserta. Ketika membahas hasil diskusi kelompok kadang memberikan pertanyaan “nakal”, seperti; “ibu-ibu kalau calonnya ganteng, layak pilih ngga?”. Seorang ibu menanggapi pertanyaan ini,”calon ganteng ndak menjamin…,”celetuk seorang ibu, yang disambut tawa peserta lainnya.

d. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.

Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Februantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya yaitu;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
2. Cara pencontrengan.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.

Selepas memberikan pengantar, fasilitator kemudian memberikan kesmpatan simulasi pencontrengan kepada peserta, serta membuka sessi tanya jawab.


Simulasi pencontrengan oleh peserta

Dalam sessi ini ada kejadian menggelikan. Seorang ibu lansia, bertanya kepada temannya. “Oh, jadi kita mesti contreng No 1, seperti kata Pak Guru (maksudnya Fasilitator),”kata ibu ini. Temannya yang mendengarkan menanggapi, “bukan begitu, pak Guru hanya kasih contoh, kita boleh milih mana saja, tapi contrengannya harus di dalam kolom…” kata temannya. Percakapan mereka itu disampaikan temannya ke fasilitator, dan peserta lain, sehingga peserta yang mendengarkan jadi tertawa. Fasilitator kemudian kembali menerangkan dan dibantu oleh Bapak Rocky untuk menjelaskan dengan bahasa lokal. Peserta pertemuan ini sebagaian besar tergolong pemilih buta huruf dan belum terlalu fasih berbahasa Indonesia, sehingga dalam penjelasan diperlukan dukungan dari penduduk lokal untuk menerjemahkan penjelasan fasilitator.



e. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan.

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 9 1
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 4 5
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 3 5 2
4 Ketepatan methodologi pelatihan 1 6 3
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 3 5 2
6 Fasilitas akomodasi 1 6 2 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 3 4 3

Catatan untuk evaluasi di atas yang perlu diperhatikan adalah tentang dukungan alat-alat, ketepatan methodologi, dan fasilitas akomodasi. Ada 3 responden yang mengungkapkan alat yang digunakan “tidak bagus”. Ketika fasilitator bertanya tentang hal ini, peserta menyatakan; bahwa pertemuan lebih baik menggunakan “LCD/Infokus”. Jadi, karena tim tidak menggunakan “LCD/Infokus”, maka responden menyatakan item dukungan alat-alat “tidak bagus”. Selanjutnya tentang ketepatan methodologi dan fasilitas akomodasi yang dinilai “biasa” oleh 6 orang responden dikarenakan mereka belum mengerti apa yang dimaksud dengan “methodologi” dan “akomodasi”. Setelah ditanyakan, ternyata responden seluruhnya suka dengan metode pertemuan yang dilakukan dengan berdiskusi kelompok, simulasi, dan suasana yang dibuat cair dengan penuh tawa karena humor dan joke, baik dari peserta maupun fasilitator. Hal serupa juga terjadi pada item akomodasi. Kedepan agar pengisian kuisioner dapat dipahami, penjelasan tentang pengisian kiranya dapat diterangkan satu persatu sehingga mudah dipahami oleh reponden.

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh peserta. Ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta, yakni; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Memilih itu sangat penting.
 Memilih merupakan kewajiban dan menyangkut masa depan saya sendiri.
 Karena suka.
 Negara suruh pilih.
 Karena untuk memilih pemimpin.
 Karena menyangkut masa depan bangsa.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Sessi diskusi.
 Kemampuan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta.
 Dengan training ini saya dapat mengerti dan memahami arti demokrasi dan memilih yang benar.
 Diskusi dan presentasi tentang cara mencontreng yang baik dan benar.
 Dengan training ini kita dapat memahami apa yang tidak dipahami.
 Penjelasan tentang cara mencontreng.
 Tentang cara memilih.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 Dukungan peralatan.
 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, Perlengkapan, dsb).
 Dukungan fasilitas.
 Lebih baik lagi lah ...
 Kualitas dari training.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Sebagian besar peserta yang ikut dalam pertemuan ini adalah pemilih yang masih buta huruf. Saat registrasi, banyak peserta yang kesulitan untuk memberikan tanda tangan pada daftar hadir.
2. Sebagian besar peserta belum terlalu paham jika hanya dijelaskan dengan bahasa Indonesia. Peserta perlu didukung penterjemah yang dapat menjelaskan ulang dengan bahasa lokal.


2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Rasau tidak mengalami kendala berarti. Tim trainer cukup menghubungi Kepala Desa setempat, 3 hari sebelum penyelenggaraan kegiatan. Kepala Desa kemudian mendelegasikan Bapak Rocky, seorang penjaga surau, untuk mendampingi tim trainer. Bapak Rocky inilah yang selanjutnya menghubungi dan menyampaikan undangan secara lisan kepada warga untuk menghadiri kegiatan pendidikan pemilih ini. Pada hari-H Bapak Rocky mengingatkan warga tentang kegiatan pendidikan pemilih melalui pengeras suara Surau Nurul Iman. Tidak lama setelah itu, warga yang sebagian besar pemilih perempuan hadir memenuhi Surau Nurul Iman, tempat kegiatan pendidikan pemilih ini dilangsungkan. Selain peserta perempuan, pemilih pemula dan pemilih laki-laki ikut hadir. Target peserta 40 orang dapat dipenuhi, bahkan jumlah peserta yang hadir mencapai 56 peserta. Dari proses persiapan penyelenggaraan kegiatan ini dapat diperoleh pembelajaran bahwa pelaksanaan kegiatan yang didukung Kepala Desa dan melibatkan masyarakat secara langsung akan mempermudah penyelenggaraan kegiatan. Bapak Rocky mengundang warga secara lisan, layaknya proses kegiatan yang kerap diikuti warga, seperti pengajian majelis taklim dan kegiatan-kegiatan lain di kampung. Proses yang disesuaikan dengan tradisi lokal sangat mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih ini.
2. Sebagian besar peserta pendidikan pemilih masih belum melek huruf (buta huruf). Ini jadi tantangan tersendiri bagi fasilitator. Agar peserta yang ikut tetap antusias dan semangat, fasilitator membuat suasana pertemuan menjadi lebih cair dan interaktif. Joke dan kata sandi “hay” dan “hello” cukup membantu trust peserta kepada fasilitator, sehingga mereka lebih percaya diri mengungkapkan pendapat dan terlibat aktif dalam pelatihan.
3. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini lebih banyak pada proses diskusi dan simulasi, sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam kegiatan ini. Peserta mengikuti diskusi dan simulasi dengan antusias.
4. Guna membantu peserta memahami materi yang disampaikan, fasilitator meminta penduduk setempat untuk mendampingi peserta dalam berbagai sessi kegiatan. Dalam penyampaian materi misalnya, fasilitator meminta seorang warga untuk menjelaskan kembali materi yang disampaikan dengan bahasa lokal.
5. Waktu yang digunakan dalam pendidikan pemilih ini sekitar 4 jam tanpa jedah. Tim trainer menyarankan kepada peserta untuk istirahat sejenak, sehingga warga dapat melaksanakan sholat Ashar. Apalagi kegiatan diselenggarakan di surau. Namun peserta meminta tim untuk melanjutkan kegiatan hingga tuntas, mengingat pertemuan seperti ini tidak pernah dilakukan di Desa Sungai Rasau. Sholat Ashar dilakukan setelah pertemuan. Dari sisi pelaksanaan kegiatan, proses ini menunjukkan semangat dan antusiasme masyarakat Desa Sungai Rasau dalam mengikuti pendidikan pemilih ini. Warga yang jarang disentuh dengan sosialisasi pemilu seperti Desa Sungai Rasau ini ternyata juga haus informasi dan pengetahuan.

VE SUI RAYA KEPULAWAN. PEBRUANTONI& RAKAN

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.













Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini




Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009
I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Pebruantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Jum’at, 13 Maret 2009
Pukul : 08.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas SMA Negeri 1 Sungai Raya
Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,
Kabupaten Bengkayang.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan direncanakan pada hari Jum’at, 13 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. M. Isnaini untuk Materi “Demokrasi & Pemilu”.
b. Pebruantoni untuk Materi “Menjadi Pemilih Cerdas” dan “Hari Pemilu”.

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 156 orang, yang terdiri dari 80 orang laki-laki dan 76 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah pemilih pemula. (Nama peserta terlampir).


II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana pesta demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang baliho, spanduk, poster, stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon wakil rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan partisipasi rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya wakil rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun presiden dan wakil presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih untuk pemilih pemula adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan. Pemilih pemula di SMA Negeri 1 ini belum pernah memperoleh sosialisasi pemilu 2009 dari berbagai pihak. Karena itu SMA ini dipilih sebagai lokasi pendidikan pemilih dengan target pemilih pemula.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diberikan materi tentang demokrasi dan pemilu yang disampaikan oleh M. Isnaini. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah dan tanya jawab.

Fasilitator diantaranya menjelaskan tentang arti kata demokrasi dan hubungannya dengan pemilu. Untuk menumbuhkan semangat dan partisipasi peserta, penyampaian materi dibuat lebih interaktif. Fasilitator sering bertanya kepada peserta terkait materi yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya, peserta bisa bertanya langsung kepada fasilitator.

Pada bagian pertama sessi ini, fasilitator terlebih dahulu menjelaskan tentang arti kata demokrasi. Fasilitator menerangkan bahwa demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan. Jadi, demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasi salah satu contohnya berkaitan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan musyawarah dan melibatkan berbagai pihak, proses pengambilan keputusan tersebut dapat dikatakan sebagai keputusan yang demokratis. Contoh proses berdemokrasi di sekolah misalnya, pemilihan ketua kelas dan ketua OSIS yang dipilih secara langsung.

Untuk menambah wawasan peserta, fasilitator juga menjelaskan tentang demokrasi yang pernah dijalankan di Indonesia. Dari demokrasi yang ada di dunia saat ini, sedikitnya di Indonesia terdapat 4 fase demokrasi, yakni demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan demokrasi di era reformasi. Demokrasi di era reformasi telah banyak mengalami perubahan. Yang cukup signifikan diantaranya adalah demokrasi pada saat proses pemilihan umum, baik mulai dari proses pemilihan kepala desa sampai pada pemilihan presiden. Saat ini pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Namun demikian proses demokrasi yang kini berlangsung di Indonesia masih sebatas pada demokrasi prosedural, belum menyentuh pada hal-hal yang substantifnya. Proses berdemokrasi di Indonesia baru pada tahap menjalankan prosedur dari tahapan-tahapan demokrasi, namun belum dapat menjawab persoalan sesuai harapan rakyat.

Demokrasi dan pemilu merupakan salah satu alat agar suara/harapan rakyat dapat diwujudkan oleh pemerintahan terpilih. Pemerintahan terpilih yang dimaksud yakni pemimpin negara dan daerah, serta wakil rakyat baik yang duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.

b. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diajak berdiskusi tentang apa itu pemilih cerdas. Fasilitator juga bertanya kepada peserta tentang calon dan partai politik yang layak dipilih pada pemilu 2009.

Fasilitator dalam sessi ini menjelaskan tentang seperti apa pemilih cerdas, bagaimana menilai calon dan partai politik yang layak dipilih.

Apa itu pemilih cerdas?
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.
 Pemilih yang tidak mudah ditipu daya degan janji-janji manis tampa bukti.
 Pemilih yang bisa membedakan siapa yang layak dipilih dan siapa yang tidak layak dipilih.
 Pemilih yang tidak mudah dibujuk rayu oleh para calekg.

Bagaimana menilai calon legislatif?
 Calon legaslatif harus memiliki visi dan misi yang bermanfaat kepada masyarakat dan bangsa serta negara, berkompetisi dalam pemilu secara jujur dan bertanggung jawab.
 Janji yang diucapkan pada saat kampanye haruslah masuk akal dan bukan sekedar pemanis saja
 Calek yang dipilih haruslah tidak terindikasi degan korupsi hal ini dapat dilihat dengan gaya hidupnya sehari-hari, apakah sesuai penghasilan dan pengeluarannya.
 Perilaku keseharian calon legislatif haruslah mencerminkan nilai-nilai agama dan adat istiadat setempat.

Bagaimana menilai partai politik?
 Menilai partai politik harus dilihat apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi,
 Apakah dalam partai pilitik tersebut sering terjadi kisruh misalnya dalam proses memperebutkan posisi ketua atau anggotanya pecah karena tidak terakomodir kepentingan oleh partainya,
 Apakah partai politik yang kita pilih mempunyai program kerja yang berkesinambungan dalam memajukan bangsa dan negara.
 Apakah partai politik yang kita pilih mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya dan berani mengakui serta meminta maaf kepada masyarkat atas oknum anggotanya yang melakukan pelanggaran,

c. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.


Suasana pendidikan pemilih saat penjelasan materi oleh fasilitator.


Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Pebruantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya, yakni;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
Ukuran surat suara pada Pemilu 2009 hampir sama dengan ukuran koran. Pemilih perlu sedikit bersabar dalam membuka surat suara. Apalagi kalau bilik suaranya tidak besar. Ada 4 lembar surat suara, yakni surat suara untuk DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.
2. Cara pencontrengan; pencontrengan sempurna dan tidak sempurna.
Dalam pencontrengan dapat dilakukan dengan beberapa tanda diantaranya dengan cara centang sempurna, centang tidak sempurna, tanda kros, dan tercoblos.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.
Surat suara dianggap sah jika pemilih mencontereng nama calon, gambar partai, nomor partai atau nomor calon. Pencontrengan juga bisa dilakukan sebanyak dua kali, dengan mencontreng gambar partai dan nama calon dalam satu partai serta di dalam kolom. Sedangkan surat suara dianggap tidak sah apabila pencontrengan berada di luar kolom partai dan calon, serta di luar nomor partai dan nomor calon.


Fasilitator menjelaskan cara pencontrengan


d. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan. Berikut hasil evaluasi peserta kegiatan:

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 1 3 5 1
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 1 2 5
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 5 5
4 Ketepatan methodologi pelatihan 2 3 4 1
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 2 3 3 2
6 Fasilitas akomodasi 3 6 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 6 4

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh seluruh peserta. Namun ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta ini, yaitu; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban peserta tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Ya, karena kami sudah memiliki cukup umur untuk memilih dan kami ingin memilih caleg yang kaya segalanya.
 Karena saya sudah memenuhi syarat.
 Karena sudah saatnya kami ikut berpartisipasi dalam menentukan nasib negara.
 Karena sangat berpengaruh terhadap nasib kami.
 Karena sudah cukup umur dan untuk menemukan calon pemimpin yang berwibawa.
 Karena untuk memilih pemimpin yang terbaik bagi negara (NKRI) dan berharap semoga negara kita menjadi negara yang maju.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Ketika menjelaskan permasalahan kepada kami.
 Kami dapat mengetahui cara memilih yang baik.
 Informasi yang disampaikan dan konsumsinya.
 Mendapatkan ilmu/wawasan dan konsumsinya.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 Memperluas volume suara dan tidak terlalu cepat agar audien di belakang bisa mengerti.
 Dapat memberikan penjelasan lebih detail lagi, supaya lebih jelas.
 Cara fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta dan dukungan alat-alat.
 Sarana dan prasarana harus lebih lengkap seperti laptop dan infokus.
 Suaranya harus jelas dan tidak berbelit-belit.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Jumlah peserta pendidikan pemilih ini membludak hingga mencapai 156 peserta, dari 40 peserta yang ditargetkan. Di satu sisi peserta yang banyak ini menunjukkan antusiasme siswa untuk mengikuti pendidikan pemilih, serta ada banyak pemilih pemula yang memperoleh pengetahuan tentang pemilu, namun di sisi lain jumlah peserta yang terlalu besar menyebabkan pelatihan ini menjadi kurang efektif. Terkadang peserta ribut dan bicara sendiri tanpa mendengarkan penjelasan fasilitator.
2. Dengan jumlah peserta yang besar tim trainer agak kesulitan mengembangkan variasi metode seperti diskusi kelompok, simulasi, dan permainan di dalam pendidikan pemilih ini.

2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di SMA Negeri Sungai Raya Kepulauan tidak mengalami kendala berarti. Kepala Sekolah mendukung, dan peserta mempunyai motivasi kuat untuk mengikuti pendidikan pemilih ini. Terbukti yang awalnya peserta ditargetkan 40 peserta saja, pada pelatihan ini peserta membludak hingga mencapai 156 peserta.
2. Jumlah peserta yang besar memiliki keuntungan sekaligus kelemahan. Untungnya, ada banyak pemilih yang memperoleh pendidikan pemilih. Lemahnya, pertemuan jadi tidak efektif. Peserta ribut dan sulit dikendalikan. Tim trainer agak kesulitan mengembangkan variasi metode. Ke depan hendaknya peserta yang ikut dibatasi, sehingga pertemuan dapat dibuat jadi lebih efektif.
3. Peserta lebih suka penjelasan ke to the point, tidak bertele-tele. Lebih baik penyampaian materi dilakukan dengan berbagai pendekatan dan lebih interaktif. Siswa SMA umumnya lebih senang dengan metode permainan dan simulasi, sehingga suasana pertemuan jadi tidak monoton.
4. Dukungan peralatan berupa LCD dan alat peraga merupakan salah satu aspek penting guna memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan. Terlebih jika peserta yang hadir jumlahnya besar.
5. Penyampaian materi kepada peserta sebaiknya tidak terlalu cepat dan volume suara fasilitator diperbesar, sehingga peserta dapat menyimak dengan baik. Meskipun telah menggunakan pengeras suara, vokal yang kuat dan tegas dari fasilitator diperlukan untuk mengambil perhatian peserta. Salah satu penyebab suasana pertemuan jadi ribut adalah suara fasilitator yang kurang jelas dan penggunaan metode yang kurang tepat. Penyampaian materi yang hanya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab agak kurang berkenan di hati siswa. Ke depan kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi kegiatan hendaknya diperbaiki.
6. Dokumentasi atau foto kegiatan hendaknya diperbanyak. Pada pendidikan pemilih ini hanya beberapa foto yang diambil, sehingga ada banya pilihan foto yang dapat ditampilkan di dalam laporan ini.

VE BAKAU BESAR DARAT

LAPORAN KEGIATAN ELECTION MDP


Mitra Pelaksana LPS AIR dan PEMDES BAKAU BESAR DARAT
Kegiatan Votter Education Pemilihan Presiden 2009
Tempat Dapil Kabupaten kabupaten pontianak2 (desa sei bakau besar darat, kecamatan sei pinyuh, kabupaten pontianak)
Undangan Undangan yang sebar sebanyak 90 buah baik laku-laki danperempuan dari segala unsur, namun dititikberatkanpada kaum marjinal
Tanggal Pelaksanaan 16 Juni 2009
Tanggal Rencana Pelaksanaan 16juni 2009
Waktu kegiatan Pukul 10:00 – 15:00
Alasan Penundaan -
Narasumber Tim Trainer (Pebruantoni, Yayan Putra Ayu, Fahrurrazi)
Jumlah Peserta Laki-laki: 58 orang Pemilih Muda:
Perempuan: 5 orang Penyandang Cacat:-
Latar Belakang Peserta Petani, Nelayan yang tergolong dalam kaum marjinal
Reporter Yayan Putra Ayu

Latar Belakang Kegiatan:
Setelah sukses melalui Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif, rakyat Indonesia kembali menghadapi proses pergantian kepemimpinan melalui Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) pada 8 Juli 2009 mendatang.

Carut marutnya proses pemilu legislatif, seperti sistem penandaan pada surat suara, daftar pemilih, panitia pemilihan, dan ditambah kecurangan-kecurangan antar peserta pemilu semakin mempertegas untuk terus dilakukannya pendidikan pemilih agar masyarakat semakin cerdas dan kritis dalam melihat realita lapangan.

Bercermin pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam pemilu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Ini disebabkan oleh kondisi geografis kalimantan barat yangluas, namun memiliki keterbatasan infrastruktur serta penyebaran penduduk yang terpencar samapai wilayah pesisir dan pedalaman, (2) Rendahnya pemahaman tentang arti penting PEMILU. Disebabkan oleh pemahaman pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menghasilkan pemimpin sesuai dengan kepentingan masyarakat dan negara.dan (3) Rendahnya kemampuan memahami proses pemilu. Ketiga faktor tersebut di sebabkan oleh kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum di lakukan secara maksimal.

Walaupun hampir keseluruhan pemilih telah mengetahui tata cara pemilu, namun perubahan-perubahan terbaru tentang aturan main dalam Pilpres kali ini tetap mesti dilakukan, hal ini dikarenakan masih terdapat lebih dari 20 persen tingkat keselahan pemilih dalam Pileg kemarin di tingkat nasional. Hal ini membuat kitamerasa tertantang untuk membantu KPU dalam melakukan sosialisasi agar pemilihan presiden kesalahandan suararusakdapat diminimalisir lagi. Selain itu proses pemahaman kepada rakyat tentang arti pentingnya sebuah proses demokratisasi dan menilai pemimpin yang tepat perlu dilakukan secara berkesinambungan, sehingga kedepan pemilu sebagai momentum perubahan bangsa dapat lebih berkualitas, dengan calon pemimpin yang berkualitas pula.


Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatan melakukan pendidikan Pemilih pada Pemilu 2009 untuk memperkuat dan menambah pemahaman masyarakat akan penting pemilu yang merupakan untuk menuju sebuah negara demokratis.

Tujuan dari Kegiatan:
Adapun tujuan kegiatan Training Pendidikan Pemilu 2009 yang akan di laksanakan ada beberapa dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan peserta tentang Demokrasi dan Pemilu 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009 maupun evaluasi pemilu sebagai catatan akan pemilu 5 tahun akan datang.
2. Meningkatkan kesadaran hukum para peserta training pendidikan pemilih terutama sanksi pidana.
3. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih cerdas dalam melihat calon-calon legeslatif dan turut serta mengawasi proses pemilu dari proses pendaftaran sampai penghitungan suara di TPS.
4. Peserta paham tata cara menandai pada surat suara.

Outputs/ Hasil Yang Diharapkan:
Bahwa kegiatan Training Pendidikan Pemilu 2009 untuk masyarakat, kaum marginal dan pemilih pemula di harapkan yang dilaksanakan akan mencapai hasil yang di harapkan sebagaiberikut;
1. Peserta dapat memahami makna demokrasi dan pemilu 2009, sehingga masyarakat dapat mengikuti pemilu serta menilai hasil-hasil pemilu yang telah dilakukan sebagai reverensi pemilu berikutnya.
2. Masyarakat memahami tentang hak dan tanggung jawab hukum serta sanksi pidana terhadap prilaku yang menyimpang dari proses pemilu tahun 2009.
3. Masyarakat memahami karakter caleg serta visi misi sesuai program yang di ajukan dan menentukan pilihannya dalam pemilu 2009.
4. Masyarakat memahami cara menconteng sesuai dengan ketentuan yang benar berdasarkan Keputusan KPU

Metode:
Untuk mencapai tujuan kegiatan dan pemahaman terhadap materi yang disampaikan kepada peserta Tim menggunakan metode ceramah, diskusi, dan simulasi pencontrengan yang sah.

Capain Hasil/ output:

No Bentuk Penyampaian Capaian
1 Pemberian Makalah Peserta mampu menggunakan makalah sebagai panduan diskusi serta pemaparan pemateri dan dapat di pelajari secara mandiri oleh peserta
2 Pemaparan Materi Peserta mampu menyelami lebih dalam terhadap materi yang telah di berikan
3 Tanya Jawab Membangun interaksi antara pemateri dan peserta.
4 Diskusi Kelompok Terbentuknya Kelompok diskusi dari peserta dan melakukan kerjasama anatara anggota kelompok terhadap beberapa pertanyaan dalam materi yang di berikan
5 Simulasi pencontrengan Peserta mampu mengikuti proses – proses pencontrengan pada gambar yang telah di sediakan oleh Pemateri dan peserta mengerti bagaimana mencontreng dengan benar ( hanya satukali penandaan.

Selain mampu menerima materi pelatihan peserta juga mulai mengerti tentang arti pentingnya sebuah proses demokratisasi yang salah satu cara untuk mencapainya dengan pemilu. Kemudian dalam menghadapi pemilu ini, memahami visi misi dan program pembangunan yang disampaikan oleh setiap pasangan capres dan cawapres.

Pelaksanaan Kegiatan
Pendidikan pemilih kali ini dilaksanakan pada pagi hari pukul 10:00 – 15:00 Wib, hal ini dikarenakan masyarakat pergi kekebun dan melakukan keperluan lainnya, sehingga pada pukul 10:00 baru bisa dimulai pelaksanaan VE nya, selama kurang lebih 5 jam kami melakukan kegiatan VE yang di ikuti oleh petani, buruh bangunan, tokoh masyarakat, ibu-ibu dan aparatur desa, yang mama pesertanya mayoritas kaum marjinal.

Evaluasi Pelaksanaan:
Evaluasi dilakukan oleh setiap kelmpok yang telah dibentuk oleh fasilitator
No Description Score
1 2 3 4 5
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 1 7 2
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 2 7 1
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 1 7 2
4 Ketepatan methodelogi pelatihan 8 2
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, Perlengkapan, dsb) 10
6 Fasilitas Akomodasi 9 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 8 2





Materi Pelatihan:
Secara umum materi yang dihadirkan dalam pendidikan pemilih kali ini mengulang materi yang pernah di sampaikan mengenai pentingnya masyarakat memahami proses demokratisasi yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia, yang salah satunya adalah pemilihan umum.

Namun materi kali ini lebih menitik beratkan pada bagaimana peserta lebih menggunakan rasionalitasnya dari pada emosi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 8 Juli 2009 mendatang. Karena itu trainer memberikan informasi mengenai visi-misi dan program seluruh kandidat capres-cawapres sehingga peserta (masyarakat daerah yang terbatas akses informasinya) mengetahi lebih jauh mengenai calon pemimpin mereka.

Selain itu peserta juga diberikan materi mengenai cara memilih calon pemimpin yang layak, dimana materi yang disampaikan seperti dibawah ini :

Bagaimana Calon Presiden dan Wakil Presiden Ditentukan?
Dalam pasal 9 UU No.42 Tahun 2008, calon Presiden dan Wakil Presiden di calonkan oleh parai politik ataupun gabungan partai politik, dimana bunyi dari pasal tersebut adalah: “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden.”

Artinya calon presiden dan calon wakil presiden haruslah diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik (bisa lebih dari dua partai politik) peserta pemilu tahun 2009 yang memperoleh paling sedikit 20% dari total 560 kursi di DPR atau minimal memperoleh 112 (seratus dua belas) kursi.

Bagaimana kita memilih Presiden dan Wakil Presiden yang tepat

Kadangkala dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, jumlah calon-calon yang maju sangat banyak, selain itu informasi mengenai siapa calon tersebut juga sangat kurang, sehingga menyebabkan kebingungan di tingkatan masyarakat siapa sebenarnya calon yang paling baik.

Untuk menilai calon, kita bisa meminta informasi yang diberikan oleh tim-tim pemenangan (biasanya di sekretariat partai pengusung), namun informasi ini cenderung subjektif (tidak seimbang), karena tim biasanya hanya memberikan sisi positif dari calon yang diusungnya sehingga kita tidak mengetahui kelemahan dari calon tersebut. Tetapi beberapa cara lain dapat digunakan untuk menilai calon, antara lain:
- Prestasi calon
- Apakah prestasi tersebut mencapai level yang pantas dibanggakan, setidaknya dalam ukuran anda? Apakah prestasi tersebut memberi manfaat kepada orang banyak? Apakah sang calon sangat berdedikasi dalam bidang tersebut?
- Janji-janji saat berkampanye
- Apakah janji-janji itu masuk akal, atau sekedar penarik hati pemilih?
- Apakah janji-janji itu membuat kita tumbuh sebagai bangsa? Apakah ada penjelasan bagaimana mencapainya?
- Indikasi korupsi
- Perhatikan cara hidupnya. Jika tidak sepadan dengan pekerjaannya, walaupun belum tentu korupsi, maka kita pantas mencurigainya dan berhati-hati menempatkannya sebagai pemimpin.
- Perilaku dalam keseharian.
- Carilah informasi mengenai perilakunya sehari-hari. Jangan memilih mereka yang memiliki catatan perilaku buruk, misalnya egois, suka menghamburkan uang, berselingkuh, atau melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Setelah pemaparan diatas, materi dilanjutkan dengan memaparkan visi-misi dan program dari masing-masing kandidat.

Pemaparan visi-misi dan program seluruh capres-cawapres yaitu:
Mega-Prabowo

Visi dan Misi: “GOTONG ROYONG MEMBANGUN KEMBALI INDONESIA YANG BERDAULAT, BERMARTABAT, ADIL DAN MAKMUR”


1. Kedaulatan ekonomi, keuangan dan industri.
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan
3. Menjamin kedaulatan pangan
4. Membangun kedaulatan energi
5. Memperkuat pertahanan, keamanan dan integritas wilayah
6. Menjamin kedaulatan rakyat
7. Reformasi hukum dan lembaga
8. Reformasi sektor kesehatan
9. Pelestarian alam dan lingkungan hidup
10. Pendidikan untuk semua


SBY-Budiono

Visi dan Misi: “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN.”


Arah kebijakan umum pembangunan nasional 2009-2014 dalam dari pasangan SBY-Boedinono adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkatpengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusiaserta kebebasan yang bertanggung jawab.
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan di semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah
4. (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih. Setelah berhasil menyelesaikan program pembangunan dalam lima tahun sebelumnya (2004-2009) dengan capaian-capaian yang prestisius, maka pemerintah mendatang akan melanjutkan pendekatan pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan yang bersifat kelembagaan ini dimaksudkan sebagai pendekatan yangmenyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada tatakelola yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati proses yang telahdisetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa memiliki yangtinggi dan akuntabel. Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangunmekanisme kelembagaan yang baru tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS yang selama ini dilakukan dengan partisipasi yang minimal dari pemerintah daerah, padahal UU Otonomi Daerah telah menunjukkan bahwa pendidikan merupakan tugas dari pemerintah kabupaten/kota, perlu melibatkan lebih aktif peran serta dari pemerintah daerah.

Dari program umum juga ditambah dengan program prioritas dan program aksi pembangungan nasinonal yang meliputi: Program aksi bidang pendidikan; Program aksi bidang kesehatan; Program aksi penanggulangan kemiskinan; (4) Program aksi Penciptaan Lapangan Kerja; Program aksi pembangunan infrastruktur dasar; Program aksi ketahanan pangan; Program aksi ketahanan dan kemandirian energi; Program aksi perbaikan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik; Program aksi penegakan pilar demokrasi; Program aksi penegakan hukum; Program aksi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan; Program aksi bidang lingkungan hidup; Program aksi pengembangan kebudayan

JK-Wiranto

Visi:
INDONESIA YANG ADIL, MANDIRI DAN BERMARTABAT

Misi:
• Mewujudkan ekonomi bangsa yang mandiri, berdaya saing, dan berkeadilan.
• Mewujudkan demokrasi dan otonomi daerah yang sehat, efesien dan efektif .
• Mewujudkan ketahanan sosial budaya untuk integrasi nasional yang menjamin kebhinnekaan.
• Mewujudkan penegakan hukum dan hak asasi manusia.

AGENDA KEBIJAKAN
Bidang Ekonomi
1. Membangun Kedaulatan Pangan dan Energi
2. Meningkatkan Daya Saing Produk dalam Negeri
3. Menciptakan Struktur Ekonomi Nasional yang Adil Melalui Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
4. Menjalankan Reformasi Agraria untuk Kesejahteraan Petani
5. Anggaran untuk Rakyat
6. Lembaga Keuangan dan Perbankan yang Mendorong Sektor Rill dan Memihak Rakyat.
7. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur
8. Pembangunan Industri Maritim
9. Lingkungan hidup dan perubahan iklim

Bidang Politik dan Hukum
1. Memperkuat Sistem Presidensil yang Didukung Sistem Kepartaian yang Sederhana
2. Menata Kembali Fungsi Lembaga-lembaga Negara
3. Mengefektifkan Hubungan Pusat dan Daerah
4. Reformasi Birokrasi untuk Mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang Tangkas, Tanggap, dan Cepat
5. Meningkatkan Politik Luar Negeri Indonesia dalam Kancah Internasional
6. Perlindungan Hak Asasi Manusia
7. Meningkatkan Penegakan Hukum yang Berkeadilan
8. Menciptakan Kepastian Hukum melalui Peraturan Perundangan
9. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat

Bidang Hankam
1. Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan NKRI
2. Mengikis Tindak Kejahatan, Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban
3. Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista) TNI Polri.
4. Peningkatan Anggaran Pertahanan dan Kemanan

Bidang Pendidikan
1. Meningkatkan Kualitas Pemerataan Pendidikan melalui Sistem Evaluasi yang Proporsional
2. Meningkatkan Penyediaan Pendidikan yang Terjangkau melalui Anggaran yang Memadai
3. Mempertegas Pendidikan Kejuruan melalui Diversifikasi Keahlian

Bidang Sosial dan Kesehatan
1. Meningkatkan Solidaritas Sosial, Kesetiakawanan, dan Memupuk Semangat Nasionalisme
2. Pemberdayaan bagi Kalangan Fakir Miskin dan Anak Terlantar
3. Meningkatkan Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan, Dokter dan Tenaga Medis yang Memadai bagi Daerah Tertinggal atau Kurang Berkembang
4. Memperluas Jangkauan Asuransi Kesehatan menuju Terwujudnya Sistem Jaminan Sosial Nasional

Setelah itu materi masuk kedalam tata cara penandaan pada kertas suara sesuai dengan peraturan KPU No. 29 Tahun 2009.






Lesson Learned/ Recomendation
1. Perlunya pendidikan politik yang terus menerus dilakukan kepada masyarakat sehingga bisa mengubah pola pikir tentang pemahaman demokratisasi.
2. Penyadaran dan pendidikan yang berkesinambungan tentang pentingnya menganalisis partai politik dan calon legislatif dalam menentukan masa depan daerah.
3. Mendorong KPU untuk meningkatkan sosialisasi pendidikan pemilih khususnya untuk daerah-daerah pedalaman sehingga masyarakat lebih memahami mengenai makna dan pentingnya pemilihan umum untuk perubahan daerahnya.

Foto Kegiatan:

Jalan menuju desa bakau besar darat jalan tanah yang belumdapat perhatian pemerintah



Hutan yang masih asri didesa bakau besar darat jalan yang dikelilingi oleh pepohonan yang asri


Ibu-ibunya malu-malu dalam pelatihan karna tradisi peserta training dengan antusias dalam mengikuti VE


Bapa-bapak lagi serius tapi santai mengikuti VE trainer lagi menyampaikan materiVE


Traener lagi memberikan contoh pencontrengan yang sah masyarakat mengikuti dengan seksama dan serius


Masyarakat memberikan evaluasi trening masyara

VE SUI PANGKALAN. PEBRUANTONI & TEMAN

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di Desa Sungai Pangkalan I, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Bengkayang











Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini



Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009

I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di Desa Sungai Pangkalan I, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Pebruantoni (Koordinator Tim Trainer).
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Minggu, 15 Maret 2009
Pukul : 19.30-23.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas PAUD Sungai Pangkalan I

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Pangkalan I direncanakan pada hari Minggu, 15 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. Dedy Armayadi untuk Materi “Demokrasi & Pemilu”
b. M. Isnaini untuk Materi “Menjadi Pemilih Cerdas”
c. Pebruantoni untuk Materi “Hari Pemilu”

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 40 orang, yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Seluruh peserta berasal dari kalangan marginal. Sebagian besar penduduk Desa Sungai Pangkalan I merupakan komunitas nelayan dan petani kecil. Beberapa peserta dari kalangan perempuan yang ikut dalam pelatihan ini juga telah berumur (lansia). (Nama peserta terlampir).


II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana Pesta Demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang Baliho, Spanduk, Poster, Stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon Wakil Rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan partisipasi rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya Wakil Rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun Presiden dan Wakil Presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Kaum Perempuan, dan (3) Kaum Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih dengan target kaum marginal adalah Desa Sungai Pangkalan I, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang. Desa Sungai Pangkalan I dipilih karena sebagian besar penduduk di desa ini merupakan komunitas nelayan dan petani kecil.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Materi demokrasi dan pemilu ini disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah dan tanya jawab, serta diskusi kelompok.

Pada bagian pertama sessi ini, fasilitator terlebih dahulu menjelaskan tentang arti demokrasi. Menurut fasilitator demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan. Jadi, demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ia berkaitan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan musyawarah dan melibatkan banyak pihak dapat dikatakan sebagai keputusan yang demokratis. Contoh berdemokrasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya pengambilan keputusan di rumah tangga. Jika hendak mengambil suatu keputusan biasanya anggota keluarga berkumpul dan bermusyawarah. Bila keputusan itu diambil berdasarkan kespakatan bersama, maka keputusan itu dapat dikatakan demokratis.

Di desa, contoh praktek berdemokrasi diantaranya adalah pemilihan Ketua RT, Ketua RW, dan Pemilihan Kepala Desa. Zainal, salah satu peserta menceritakan bagaimana proses pemilihan kepala desa di Desa Sungai Pangkalan I. Menurutnya, pemilihan kepala desa ketika itu dilakukan secara demokratis karena proses pemilihannya secara langsung. Masyarakat Desa Sungai Pangkalan I beramai-ramai menggunakan hak pilihnya untuk menentukan siapa kepala desa mereka. Setelah perhitungan suara, diketahui Bapak Zulkifli terpilih sebagai Kepala Desa Sungai Pangkalan I. Mayoritas masyarakat memberikan suaranya kepada Bapak Zulkifli.

Untuk menambah wawasan peserta, fasilitator juga menjelaskan tentang demokrasi yang pernah dilaksanakan di Indonesia. Menurut fasilitator, sedikitnya Indonesia telah melaksanakan 4 fase demokrasi, yakni demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan demokrasi di era reformasi. Demokrasi di era reformasi telah banyak mengalami perubahan. Kini pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Namun demikian, demokrasi yang kini berlangsung di Indonesia masih sebatas demokrasi prosedural, belum subtantif. Proses berdemokrasi di Indonesia baru menjalankan prosedur dari tahapan-tahapan demokrasi, namun belum menyentuh pada hakikat demokrasi.

Selanjutnya fasilitator menjelaskan tentang peranan demokrasi dan pemilu serta hubungannya dengan aspirasi dan harapan rakyat. Demokrasi dan pemilu adalah alat agar suara/harapan rakyat dapat diwujudkan oleh pemerintahan terpilih. Siapa pemerintahan terpilih? Pemerintahan terpilih yang dimaksud adalah pemimpin negara dan daerah, serta wakil rakyat baik yang duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.

Sewaktu sessi tanya jawab, Ilham, seorang peserta bertanya, mengapa wakil rakyat atau pemimpin yang terpilih sering ingkar janji kepada konstituennya dan masyarakat yang memilihnya tidak bisa berbuat banyak untuk menutut janji-janji mereka saat kampanye?. Mendengar pertanyaan ini, fasilitator tidak langsung menjawab. Fasilitator melemparkan pertanyaan tersebut kepada peserta lainnya. “Apakah ada dari bapak/ibu yang bisa membantu saya menjawab pertanyaan Ilham?” tanya fasilitator. Nurlia, seorang peserta perempuan menanggapi, namun rupanya ia tidak memberikan jawaban. Ia hanya menegaskan pertanyaan dari Ilham bahwa saat ini masyarakat hanya dilibatkan pada saat pemilu. Setelah pemimpin atau wakil rakyat terpilih, masyarakat hanya jadi penonton, kenapa terjadi demikian?.

Zulkifli, seorang peserta yang juga Kepala Desa Sungai Pangkalan I ikut meberikan pandangannya. “Menurut saya, pemimpin yang sudah terpilih seperti itu (yang ingkar janji) adalah pemimpin yang tidak baik, hanya obral janji saat kampanye, tapi saat terpilih mereka lupa. Akibatnya, sekarang-sekarang ini banyak masyarakat jadi malas milih lagi atau jadi banyak yang golput. Terlepas dari itu, sebagai masyarakat, kita perlu juga lihat bagaimana sikap kita kalau mereka ingkar janji. Selama ini kita tidak pernah bergerak, tidak aktif untuk menagih janji-janji mereka. Jadi, pemimpin atau wakil rakyat itu tidak sepenuhnya bersalah, kita harus juga instropeksi diri.”

Ilham menanggapi pernyataan Bapak Zulkifli. Ia kurang setuju kalau pemilih juga dinyatakan bersalah. Pemimpin atau wakil rakyat seharusnya peduli dengan rakyat yang memilihnya. Pemimpin harus memenuhi janji-janji mereka, karena masyarakat memilih mereka karena berharap janji-janji itu bisa diwujudkan.

Mendengarkan perdebatan peserta, fasilitator kemudian mencoba menengahi. “Begini bapak-ibu. Wakil rakyat bisa kita nyatakan salah kalau dia ingkar janji, tapi kita juga harus tahu, apakah dulu waktu pemilihan janji-janjinya itu ada buktinya atau tidak. Mungkin kita ingat pemimpin berjanji macam-macam. Lalu kita menuntut. Bisa saja saat kita datang dia meminta bukti. Tapi ngomong-ngomong, pernah ngga masyarakat menuntut janji-janji wakil rakyat atau pemimpin yang sudah duduk? Seperti dikatakan pak Zulkifli ternyata belum pernah. Artinya, dari sini sebelum memilih kita harus terlebih dahulu mempertimbangkannya. Apakah calon wakil rakyat ini nantinya bisa mewujudkan aspirasi kita. Jika tahu, agar kita punya bukti guna menuntut janji-janji mereka, kelak kita harus buat kontrak politik kepada calon, sehingga kalau mereka lupa kita bisa tunjukkan kontrak politik itu. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam demokrasi sangat lah penting. Makanya, sebagai konstituen kita harus aktif, tidak hanya ikut pemilu, tapi juga mengawal bagaimana aspirasi kita benar-benar diwujudkan. Jadi, dalam hal ini, pendapat bapak-ibu tidak ada yang salah. Pak Ilham benar, bahwa kenyataan sekarang banyak pemimpin atau wakil rakyat yang duduk di dewan sering ingkar janji. Pak Zulkifli juga benar bahwa masyarakat juga harus aktif. Dan seperti yang saya katakan tadi, kalau mau menuntut lebih baik ada dokumen kontrak politiknya, bahkan kalau bisa kontrak politik itu ditanda tangani dengan materai Rp 6000, sehingga secara hukum dokumen itu kuat.”




b. Hasil diskusi kelompok tentang “harapan” kepada pemerintahan terpilih 2009-2014.
Selanjutnya fasilitator mengarahkan peserta untuk menggali harapan/aspirasi masyarakat Desa Sungai Pangkalan I kepada pemerintahan terpilih nantinya. Peserta kemudian dibagi kedalam 3 kelompok. “Bapak-ibu, sebelum kita menuntut janji nanti, kita harus tahu, kira-kira apa saja aspirasi atau harapan kita. Besok kalau ada CALEG yang datang tunjukkan saja aspirasi kita ini.”

Setelah semua peserta rampung mendiskusikan harapan mereka kepada pemerintahan terpilih nantinya, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok. Untuk presentasi kelompok 1 disampaikan oleh Bapak Zulkifli, presentasi kelompok 2 disampaikan Nurlia, dan presentasi kelompok 3 disampaikan oleh Bapak Zainal.

Berikut hasil diskusi kelompok tentang harapan masyarakat Desa Pangkalan I kepada pemerintahan terpilih;

Kelompok I:
1. Negara aman dan makmur.
2. Mudah untuk mendapatkan pendidikan.
3. Ekonomi stabil.
4. Mudah mendapatkan lapangan kerja.
5. DPR benar-benar menjadi wakil rakyat.
6. Tidak ada lagi korupsi di Indonesia.
7. Tidak ada lagi busung lapar atau gizi buruk.
8. Masyarakat tidak dijual belikan oleh calon DPR.

Kelompok II:
1. Harga Sembako turun rakyat makmur.
2. Harga Kelapa Naik. Masyarakat di Desa Pangkalan I umumnya menjadi petani kelapa. Harga kelapa sekarang ini turun, beda dengan beberapa waktu lalu, harga kelapa tinggi sehingga masyarakat jadi lebih sejahtera.
3. Motor Murah. Maksudnya kalau motor murah, masyarakat bisa punya motor. Motor bagi masyarakat adalah modal dalam bekerja untuk menjual hasil pertanian.
4. Pajak diturunkan.
5. Pendidikan murah.
6. Pelayanan kesehatan ditingkatkan.
7. Mensejahterakan rakyat.
8. Buat KTP di Sungai Raya. Dulu, sewaktu belum pemekaran, Desa Pangkalan I buat KTP di Singkawang, jaraknya hanya 40 Km. Sekarang, setelah pemekaran masyarakat harus buat KTP di Bengkayang, jaraknya tambah jauh, 120 Km. Dengan adanya pemekaran mestinya jarak pelayanan ke masyarakat jadi lebih dekat. Tapi di Kabupaten Bengkayang justru kebalikannya. Pemekaran wilayah menambah kesengsaraan rakyat. Jadi, agar masyarakat mudah mendapatkan pelayanan pembuatan KTP, kelompok kami berharap masyarakat kami bisa membuat KTP di Sungai Raya.
9. Minyak tanah yang disubsidi ditingkatkan. Sekarang minyak tanah langka. Mahal lagi. Harusnya pemerintah memberikan subsidi untuk minyak tanah, karena minyak tanah sudah jadi kebutuhan pokok ibu-ibu.
10. Surat nikah murah atau digratiskan. Sekarang ngurus surat nikah Rp.200.000. Sebaiknya digratiskan saja, biar nikah tidak membutuhkan biaya yang besar. Jadi, kalau nikah bisa gratis, slogan bapak-bapak nantinya bukan lagi “2 anak cukup!”. Tapi, “ 2 istri cukup !”.
11. Tidak korupsi
12. Kegiatan pemuda ditingkatkan
13. Pupuk jangan langka
14. Pekerjaan untuk rakyat disiapkan.

Kelompok III:
1. Bupatinya harus ada calon muslim. Selama ini calon bupati dari kalangan muslim dihambat. Kedepan kalau ada pemilihan bupati lagi harus ada calon bupati muslim.
2. Nilai jual hasil tani tinggi/seimbang
3. Pemerataan pembangunan
4. Pembentukan/pemekaran kabupaten baru.
5. Ciptakan lapangan kerja.
6. Pendidikan dan kesehatan gratis.

c. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Materi “Menjadi Pemilih Cerdas” disampaikan oleh M. Isnaini. Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.

Saat menyampaikan materi, fasilitator menjelaskan tentang kriteria pemilih cerdas yang antara lain yaitu:
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.

Selain itu, fasilitator juga menyampaikan bagaimana cara menilai calon. Berikut beberapa kriteria yang disampaikan:
 Prestasi Calon – bermanfaat kepada orang banyak, dicapai secara jujur
 Janji saat kampanye – masuk akal atau sekedar pemanis saja
 Indikasi korupsi – lihat gaya hidupnya, apakah sesuai dengan pekerjaannya.
 Perilaku keseharian

Sedangkan untuk menilai partai peserta diajak untuk melihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
 Apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi?
 Sering kisruh misalnya memperebutkan posisi atau anggotanya pecah
 Tidak punya program yang berkesinambungan
 Tidak mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya

Peserta mengikuti sessi ini dengan antusias. Ada beberapa peserta yang bertanya, seperti:
 Bagaimana kita memilih partai dengan cerdas, sementara kita tahu bahwa hampir seluruh anggota partai di negara kita semuanya koruptor?
 Bagaimana sikap kita menghadapi caleg yang memberikan masyarakat uang?
 Apa maksudnya pemilih sadar dengan kekisruhan demokrasi?

Fasilitator menjawab pertanyaan peserta di atas satu persatu. Soal partai yang hampir seluruh anggotanya koruptor, fasilitator menjelaskan bahwa kalau terjadi demikian, pemilih bisa melihat “seberapa banyak anggota partai yang terlibat korupsi”. Fasilitator bertanya kepada peserta, “bapak mau pilih partai yang seluruh anggotanya korupsi, atau hanya beberapa saja yang korupsi?” Kalau semua anggotanya korupsi itu menandakan partai ini partai yang suka korupsi. Tapi kalau hanya satu -dua, kita tidak bisa mengatakan itu partai koruptor, tapi hanya oknum partainya yang suka korupsi. Sedangkan soal menghadapi caleg yang melakukan politik uang. Fasilitator juga bertanya? Misalnya kalau ada caleg yang datang ke Desa Pangkalan I, lalu ia memberi uang, apakah bapak terima? Ada peserta yang menyatakan kita terima saja uangnya, tapi pikir-pikir dulu apakah dia yang dipilih atau tidak. Ada juga yang jawab tidak mau menerima. “Masak gara-gara uang 20.000 kita mau milih dia, tapi setelah duduk dia lupa.” Demikian jawaban peserta.

Dari diskusi ini, fasilitator menerangkan bahwa kalau ada caleg yang pakai uang untuk membeli suara masyarakat, artinya caleg ini boleh jadi biasa menggunakan uang untuk suatu tujuan. Kelak kalau ia duduk boleh jadi pula ia minta uang untuk mewujudkan harapan masyarakat. Jadi, caleg yang membeli suara rakyat dengan uang perlu diperhatikan. Tentang kekisruhan demokrasi, fasilitator menjelaskan bahwa ada banyak kejadian kekerasan akibat salah satu calon gagal menang dalam pemilu. Masyarakat kadang ikut terlibat, dan ada yang rela membela wakilnya, meskipun ia tidak tahu duduk persoalannya. Jadi, sadar kekisruhan demokrasi bisa artikan bahwa kita sadar penyelenggaraan demokrasi kadang diwarnai kebebasan yang kebablasan. Penggunaan kekerasan dilakukan karena tidak terima kekalahan. Sebagai warga negara, kita mesti sadar akan hak dan kewajiban kita. Dalam demokrasi, rakyat terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Ketika pemilu kita dapat menggunakan hak pilih kita. Namun harus pula disadari dalam demokrasi kita tidak bisa memaksakan kehendak. Apalagi membela orang-orang yang kalah, yang sebenarnya ketika mereka duduk, belum tentu membela rakyat yang tertindas.

d. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.
Dalam materi “Hari Pemilu” Fasilitator menjelaskan tentang contoh surat suara yang terdiri dari empat lembar, yakni surat suara DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Fasilitator juga menjelaskan tentang bagaimana cara mencentang, surat suara sah, surat suara yang dianggap sah, dan surat suara tidak sah. Sebelumnya fasilitator telah menyediakan contoh surat suara pada selembar kertas. Kertas tersebut menjadi media simulasi cara mencentang. Menurut fasilitator ada beberapa bentuk pencentangan/pencontrengan, yaitu; (√), (x), dan (-). Pencentangan dinyatakan sah jika dilakukan dalam kolom partai dan atau kolom nama partai politik. Surat suara dinyatakan sah jika surat hanya mencoret nama calon, dengan catatan tidak boleh melewati garis kolom. Pencentangan tidak diperbolehkan di luar kolom tersebut, dan tidak boleh mencentang lebih dari 1 calon legislatif.

Pada sessi ini peserta banyak bertanya dan fasilitator menjawab satu persatu pertanyaan peserta. Bapak Toto, Petugas KPPS, yang juga menjabat Sekretaris Desa ikut membantu fasilitator menjawab pertanyaan dari peserta. Kebetulan Bapak Toto sebelumnya telah mengikuti sosialisasi pemilu 2009.

Dalam sessi tanya jawab dengan peserta ada beberapa hal yang menarik. Misalnya, soal pencentangan yang tidak sempurna, fasilitator menjelaskan bentuknya seperti (\) dan (/). Menurut Bapak Toto saat sosialisasi pemilu, petugas KPPS belum diberikan ketegasan apakah surat suara dinyatakan sah apabila menemukan centang tidak sempurna yang melewati batas kolom legislatif, namun sudut centang masih berada di kolom nama calon. Soal ini fasilitator membantu menjelaskan bahwa untuk centang tidak sempurna ini calon yang diakui berada tepat pada sudut bawah pencentangan.

Permasalahan lain yang juga ditanyakan peserta yakni berkaitan dengan mengapa cara pencoblosan surat suara diganti dengan cara pencontrengan. Pertanyaan ini menarik. Fasilitator perlu menarik napas terlebih dahulu untuk menjawabnya. Pasalnya, fasilitator pun belum tahu jawaban pastinya. Namun dengan yakin, fasilitator coba menjelaskan,” Begini bapak-ibu, KPU merubah cara pencoblosan yang dulunya menggunakan paku, menjadi pencontrengan/pencentangan dengan ballpoint dikarenakan ada asumsi bahwa pencoblosan dengan menggunakan paku mengajarkan masyarakat pada kekerasan. Kita sebagai pemilih merasa gemas, lantas mencoblos calon yang kita pilih. Paku dan coblos dipandang sebagai simbol kekerasan. Nah, untuk menghindari kemungkinan itu, KPU mengganti cara pencoblosan dengan cara pencontrengan. Dengan demikian cara-cara kekerasan diganti menjadi cara-cara yang lebih lembut. Mungkin itulah filosofinya mengapa pencoblosan diganti dengan cara pencontrengan.” Syukurlah jawaban ini cukup memuaskan peserta.

e. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan.

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 3 5 2
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 4 4 2
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 4 6
4 Ketepatan methodologi pelatihan 1 3 5 1
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 1 5 4
6 Fasilitas akomodasi 1 3 5 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 1 3 5 1


Catatan untuk evaluasi di atas yang perlu diperhatikan adalah tentang dukungan alat-alat. Ada 1 responden yang mengungkapkan alat yang digunakan “jelek”. Ketika fasilitator bertanya tentang hal ini, peserta menyatakan; walaupun sudah dilengkapi lembar simulasi, surat suara, copyan materi (hand out), note book dan pulpen, spidol, metaplan, mikrofon atau pengeras suara, namun karena alat “LCD/Infokus” tidak ada, responden menyatakan item dukungan alat-alat “jelek”. “LCD/Infokus” dalam pelatihan ini sebetulnya tidak terlalu diperlukan. Namun dalam kuesioner evaluasi kegiatan mencantumkan kata “LCD” sehingga responden berasumsi, alat tersebut didalam pelatihan ini semestinya disediakan. Ke depan lembar kuisioner evaluasi ini perlu diperbaiki.

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh peserta. Namun ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan, yakni tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Kita perlu menyukseskan pemilu 2009
 Karena suara rakyat menentukan masa depan bangsa kita dan kita sendiri.
 Dengan memilih /memberikan suara pada 9 April 2009 berarti kita sudah melaksanakan/mesukseskan demokrasi.
 Sebagai warga negara wajib melaksanakannya

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Sessi materi cara menjadi pemilih cerdas.
 Sessi diskusi dan presentasi kelompok.
 Jawaban yang memuaskan dan ada humor sehingga tidak ngantuk
 Cara mencentang dan penjelasan lainnya.
 Simulasi paparan kelompok karena dapat membuat warga berinteraksi.
 Simulasi dan diskusi
 Cara sosialisasinya jelas.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 Cara penyampaian yang tegas dan jelas, serta materi agar diperbanyak.
 Alat pendukung seperti LCD.
 Perlengkapan praga yang lengkap.
 Agar memberikan tata cara/simulasi harus urut/prosedural sesuai ketentuan.
 Fasilitas dan alat-alat atau perlengkapan

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Sebelum acara dilakukan berkembang isu bahwa penyelenggara kegiatan ini merupakan calon legislatif (caleg) yang hendak berkampanye. Menurut Kepala Desa Sungai Pangkalan I, masyarakatnya telah antipati dengan caleg dan partai. Banyak kegiatan masyarakat seperti Peringatan Maulid Nabi, Pengajian Majelis Taklim, dan lainnya sering diikuti dengan kampanye dari caleg atau partai politik tertentu. Karena itu, masyarakat enggan datang di pertemuan-pertemuan yang melibatkan masyarakat, termasuk kegiatan pendidikan pemilih ini. Tapi saat acara dimulai antusiasme masyarakat setempat tidak surut. Bapak Toto, Sekretaris Desa Sungai Pangkalan I, dengan pengeras suara, mengumumkan kepada masyarakat untuk hadir ke PAUD, lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih. Dalam pengumumannya itu disampaikan bahwa yang menyelenggarakan kegiatan ini adalah tim dari KMPD yang bekerjasama dengan KPU Provinsi kalimantan Barat. Tim KMPD hendak menyosialisasikan pemilu 2009. Panggilan Bapak Toto yang simpatik rupanya dapat menarik perhatian masyarakat, sehingga masyarakat datang ke lokasi pelatihan.
2. Pelatihan di Desa Sungai Pangkalan I ini dilakukan pada malam hari. Selain laki-laki, peserta yang ikut pertemuan juga ada dari kalangan perempuan yang berumur dan ibu-ibu yang membawa anak-anaknya. Tim trainer bersama peserta bersepakat untuk membatasi waktu kegiatan sehingga tidak berakhir sampai jauh malam. Karena itu, waktu pertemuan di malam hari ini cukup terbatas.
3. Kegiatan di Desa Sungai Pangkalan I ini merupakan kegiatan ke-3 atau yang terakhir dalam satu hari. Pada hari Minggu, 15 Maret 2009, selain di Desa Sungai Pangkalan I, tim trainer juga mengadakan pendidikan pemilih di Desa Sungai Bakau Besar Laut pada pagi hari dan di Desa Karimunting siang s/d sore hari. Oleh karena itu, kegiatan di Desa Sungai Pangkalan I ini merupakan tantangan melawan kelelahan. Namun, syukurlah suasana pertemuan di Desa Sungai Pangkalan I yang mendukung dapat meredakan kelelahan seharian beraktivitas.

2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Pengumuman dari Bapak Toto yang simpatik kepada masyarakat mendukung penyelenggaraan kegiatan ini. Masyarakat Desa Sungai Pangkalan I semula mengira penyelenggara kegiatan merupakan caleg atau dari partai politik tertentu. Dengan pengumuman Bapak Toto, masyarakat tahu yang menyelenggarakan kegiatan adalah tim dari KMPD, sehingga mengundang minat masyarakat untuk datang. Pengumuman atau pemberian informasi secara jelas kepada masyarakat penting dilakukan untuk mengantisipasi asumsi atau parasangka yang tidak baik.
2. Tim fasilitator dalam kegiatan ini banyak di dukung oleh petugas KPPS Desa Sungai Pangkalan I. Beberapa pertanyaan dari peserta juga dijawab oleh petugas KPPS setempat, sehingga informasi dari tim fasilitator dengan KPPS bisa saling melengkapi. Ke depan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih hendaknya melibatkan tim KPPS setempat, sehingga bisa berbagi informasi.
3. Waktu pertemuan di malam hari sangat terbatas. Namun demikian, penyelenggaraan kegiatan di malam hari punya keuntungan tersendiri. Selain tidak mengganggu pekerjaan masyarakat, suasana pertemuan lebih mendukung. Terlebih jika ruangan pertemuannya luas, duduknya lesehan, dan masyarakat aktif dalam kegiatan, seperti di Desa Sungai Pangkalan I ini.
4. Agar tidak menoton, metode pendidikan pemilih dibuat variatif dan lebih interaktif. Dari evaluasi kegiatan, masyarakat lebih suka dengan sessi diskusi kelompok, dimana mereka bisa menyampaikan pendapatnya di dalam kelompok.
5. Penggalian harapan kepada peserta dapat menumbuhkan semangat dan pertisipasi peserta. Diskusi kelompok tentang harapan masyarakat kepada pemerintahan terpilih membuat mereka bersuara tentang apa yang mereka inginkan. Sikap empati dari fasilitator akan mendukung suasana diskusi. Diskusi jadi tambah menarik dan tidak membosankan. Apalagi ditambah joke dan humor segar dari peserta atau fasilitator, suasana pertemuan jadi hangat dan menggairahkan.