Rabu, 06 Januari 2010

kemenangan rakyat

pad atahun 2009 menjelang tahun 2010, ada peristiwa penting yang dialami oleh bangsa indonesia, yakti kasus pengkriminalisasian dari saudara bibit dan candra yang menjabat sebagai ketua kalegtif dari KPK dan kasus Prita mulya sari. kalau kita melihat dua kasus ini sangatlah bertolak belakang dari hal latar belakangnya, namun yang menjadi menarik adalah kedua kasus tersebut mendapat perhatian masyarakat umum secara antusias.
dari kasus bibit dan candra yang ditangkap pada saat masih aktif sebagai ketua kolektif KPK dan di nyatakan tersangka oleh Kepolisian, maka sepontanitas masyarakat 1. memberikan dukungan kepada bibit dan candra untuk di bebaskan dan memberikan tekanan kepada kepolisian untuk melepaskan bibit dan candra, banyak upaya yang dilakukan oleh masyarakat dari membuat opini di media cetak, media elektronik, seminar-seminar. yang menjadi menarik adalah kedia duanya adalah institusi negara dan institusi penegak hukum, namun kenapa KPK yang di anggap istimewa oleh publik? kalau kita melihat kebelakang dan sepak mterjang dari KPK dalam memberantas KORUPSI dan mengembalikan martabat bangsa yang selama ini hancur, sudah sepantasnyalah kinerja dan sepak terjangnya didukung demi menyelamatkan uang rakyat. ditambah lagi kasus penahanannya tidak transparan dan pehuh rekayasa serta penuh unsur politik. di saat itu masyarakat yang merasa bahwa KPK telah banyak berjasa dan bertindak berdasarkan hukum yang berlaku, berusaha mengempulkan dukungan moral baik dari kalangan cendikiawan, organisasi sosial, tokoh agamawan berbahu-membahu dalam memberikan dukungan dan jaminan agar kedua anggota KPK tersebut dibebaskan, dan pada akhirya di buat tim pencari fakta yang dibuat oleh presiden yang disebut Tim 8 untuk mengumpulkan bukti-bukti yang sebenarnya. dan pada akhirnya presiden menyarankan untuk kasus tidak dilanjutkan lagi kepengadilan.
2. kasus prita mulya sari yang dinyatakan telah mencemarkan nama baik rumah sakit omni internasional, awalya prita yang seorang karyawan swasta di suatu perusahaan melakukan curhat lewat media onlen, namun merasa terusik oleh kata-kata prita yang sedikit menjelekan pelayanan rumah sakit tersebut, maka prita dilaporkan ke polisi dan prita di jerat denmgan sanksi pidana dan perdata, disaat itu juga masyarakat yang mengatas namakan peduli prita melakukan aksi pengumpulan uang koin dalam hal membantu meringankan prita, hasilnya luar biasa, walaupun hannya uang koin 500 san yang di kumpul namun hasislmnya luar biasa, hampir mencapai 1 M uang yang bterkumpul. unu diluar dugaan prita, karena prita tidak terpikir sedikitpun kalau rakyat indonesia masih sensitif dalam membela orang yang ntertindas dan kejaliman penguasa. dan apada akhirnya prita mulya sari di bebaskan dari segala tuntutan hukum.

dari dua kasus diatas membuktikan bahwa di akhir 2009 masyarakat indonesia di beri kado yang sangat intimewa dengan masih adanya secercah harapan keadilan dalam hjukum indonesia. hukum tidak hanya berlaku bagi kepentingan orang kaya dan penguasa, tapi huklum adalah milik kita semua.
saya berharap tahun 2010 merupakan momentum perbaikan penegakan dan pelaksanaan hukum di indonesia.

Selasa, 10 November 2009

Keadian diantara harapan dan angan-angan
Kita seringkali memutuskan sesuatu berdasarkan keadian dan bertindak atas nama keadilan, namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah keadilan itu? Dan akan kah terujut keadilan dimuka bumi ini?.Keadilan itu adalah sesuatu yang diputuskan atau ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu yang menghasilkan suatu yang dapar memberikan jalan keluar atas masalah dan tidak melanggar kaedah dan atau norma-norma yang ada didalam masyarakat.kalau kita melihat arti dari keadilan tersebut maka dapatlah dikatakan seringkali kita bertindak atas nama keadilan namun membuat orang lain tidak adil, dimana akar permasalahannya?. Yang menjadi akar permasalahan dalam penerapan keadilan adalah orang memandang dan memutuskan masalah secara subyektif dan sering dipengaruhi oleh nafsu atau emosi, sehingga keadilan yang di keluarkannya membuat masalah baru dikarenakan orang tidak merasa adil. Kita semua memimpikan akan keadilan dimuka bumi ini diterapkan, namun kenyataannya sampai saat ini jarang sekali kita melihat atau menjumpai praktek dari keadilan tersebut.
Jadi kadang kita berpikir apakah keadilan itu hanyalah khayalan kita saja atau harapan kita yang harus kita buktikan? Menjawab pertanyaan ini kita harus merenung sesaat dan berpikir keras, karena sering kali kita mendengar kata keadilan dan bahkan orang yang jelas-jelas melakukan kesalahan berteriak dengan lantangnya menuntut keadilan, lalu keadilan seperti apa yang diharapkannya? Jika kita merenung lebih jauh mengenai praktek dari keadilan yang selama ini kita lihat di dalam kehidupan bermasyarakat, maka seringkali kita berpikir bahwa keadilan yang ditepkan kadang berlebihan dan tidak tepat sasaran.
Sebagai contoh seorang maling ayam yang hanya melakukan perbuatannya untuk menyambung hidup dan menapkahi anaknya dijatuhi hukumuan 3 sampai 5 tahun penjara, namun bagi koruptor yang telah melakukan penjarahan terhadap keuangan Negara triliunan rupiah di jatuhi hukuman 1 sampai 3 tahun saja, kenapa hal ini sampai terjadi, apakah hal tersebut telah mencerminkan kasa keadilan dalam kehidupan masyarakat? Hal Ini tentunya sangat ironis, dimana seorang yang melakukan kejahatan kecil dihukum seberat mungkin agar pelaku jera namun orang yang melakukan kejahatan besar di hukum lebih ringan dan seolah-olah perbuatannya tersebut dilakukan atas keterpaksaan dan dapat dimaklumi. Apabila hukum tetap diterapkan seperti itu maka akan banyak penjahat yang bermunculan melakukan kegiatan serupa dengan nominal yang lebih besar.
Kalau sudah seperti itu apa yang dapat kita lakukan, apakah kita hannya bias meratapi dan menagis meminta belas kasihan orang untuk mendapatkan keadilan, atau kita melakukan perlawanan dan mengesampingkan hukum yang ada untuk mendapatkan keadilan. Disini kita dituntut untuk berbuat lebih agar masalah yang berhubungan dengan keadilan dapat dirasakan oleh masyarakat. Jangan sampai keadilan itu hanyalah milik orang kaya dan orang yang berkuasa saja, dan orang miskin dan orang yang tidak berkuasa hanyalah sebagai korban dari keadilan tersebut. Apabila hal tersebut benar-benar terjadi maka kehancuran suatu bangsa sudah ada didepan mata, dan perang antara sikaya dan si miskan susah untuk di hindari.
(Penulis adalah Pegiat social dan tinggal di Pontianak Kalimantan Barat.mai:pebruantoni@gmail.com)

keadilan antara harapan dan angan-angan

Keadian diantara harapan dan angan-angan
Kita seringkali memutuskan sesuatu berdasarkan keadian dan bertindak atas nama keadilan, namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah keadilan itu? Dan akan kah terujut keadilan dimuka bumi ini?.Keadilan itu adalah sesuatu yang diputuskan atau ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu yang menghasilkan suatu yang dapar memberikan jalan keluar atas masalah dan tidak melanggar kaedah dan atau norma-norma yang ada didalam masyarakat.kalau kita melihat arti dari keadilan tersebut maka dapatlah dikatakan seringkali kita bertindak atas nama keadilan namun membuat orang lain tidak adil, dimana akar permasalahannya?. Yang menjadi akar permasalahan dalam penerapan keadilan adalah orang memandang dan memutuskan masalah secara subyektif dan sering dipengaruhi oleh nafsu atau emosi, sehingga keadilan yang di keluarkannya membuat masalah baru dikarenakan orang tidak merasa adil. Kita semua memimpikan akan keadilan dimuka bumi ini diterapkan, namun kenyataannya sampai saat ini jarang sekali kita melihat atau menjumpai praktek dari keadilan tersebut.
Jadi kadang kita berpikir apakah keadilan itu hanyalah khayalan kita saja atau harapan kita yang harus kita buktikan? Menjawab pertanyaan ini kita harus merenung sesaat dan berpikir keras, karena sering kali kita mendengar kata keadilan dan bahkan orang yang jelas-jelas melakukan kesalahan berteriak dengan lantangnya menuntut keadilan, lalu keadilan seperti apa yang diharapkannya? Jika kita merenung lebih jauh mengenai praktek dari keadilan yang selama ini kita lihat di dalam kehidupan bermasyarakat, maka seringkali kita berpikir bahwa keadilan yang ditepkan kadang berlebihan dan tidak tepat sasaran.
Sebagai contoh seorang maling ayam yang hanya melakukan perbuatannya untuk menyambung hidup dan menapkahi anaknya dijatuhi hukumuan 3 sampai 5 tahun penjara, namun bagi koruptor yang telah melakukan penjarahan terhadap keuangan Negara triliunan rupiah di jatuhi hukuman 1 sampai 3 tahun saja, kenapa hal ini sampai terjadi, apakah hal tersebut telah mencerminkan kasa keadilan dalam kehidupan masyarakat? Hal Ini tentunya sangat ironis, dimana seorang yang melakukan kejahatan kecil dihukum seberat mungkin agar pelaku jera namun orang yang melakukan kejahatan besar di hukum lebih ringan dan seolah-olah perbuatannya tersebut dilakukan atas keterpaksaan dan dapat dimaklumi. Apabila hukum tetap diterapkan seperti itu maka akan banyak penjahat yang bermunculan melakukan kegiatan serupa dengan nominal yang lebih besar.
Kalau sudah seperti itu apa yang dapat kita lakukan, apakah kita hannya bias meratapi dan menagis meminta belas kasihan orang untuk mendapatkan keadilan, atau kita melakukan perlawanan dan mengesampingkan hukum yang ada untuk mendapatkan keadilan. Disini kita dituntut untuk berbuat lebih agar masalah yang berhubungan dengan keadilan dapat dirasakan oleh masyarakat. Jangan sampai keadilan itu hanyalah milik orang kaya dan orang yang berkuasa saja, dan orang miskin dan orang yang tidak berkuasa hanyalah sebagai korban dari keadilan tersebut. Apabila hal tersebut benar-benar terjadi maka kehancuran suatu bangsa sudah ada didepan mata, dan perang antara sikaya dan si miskan susah untuk di hindari.
(Penulis adalah Pegiat social dan tinggal di Pontianak Kalimantan Barat.mai:pebruantoni@gmail.com)

Rabu, 07 Oktober 2009

indonesia maju

Indonesia maju.
Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman pahit yang telah menggantarkan kita untuk lebih merepleksikan diri dan menggali potensi diri serta melakukan eksen dan menepaluasinya. Kalo ketiga tahap ini telah dilakukan oleh bangsa Indonesia maka keterpurukan sebuah bangsa akan dengan cepat terobati.
Bukanh saatnya lagi kita untuk siling menyalahkan satu sama lain yang berkepanjangan tampa membuahkan jalan keluar. Sudah banyak pelajaran yang kita dapat baik dari ulah kita sendiri dan teguran dari tuhan atas ulah kita sendiri.
Sebagai contoh terjadinya gempa bumi, kerisis moneter, banjir, topan, ledakan bom, ginung berapi, dan sunami, menjadi pertanyaannya adalah apakah bangsa Indonesia ini sudah belajar dan mengambil hikmahya deng cara mempelajari dan mencari akar masalahnya, jaganlah kita menjadi bangsa yang malas dengan tidak mau berusaha mencari penyebab dan cara penangulangannya. Dan janganlah kita selalu menyalahkan tuhan, karena sesungguhnya kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini baik da lautan maupun di daratan serta di udara itu semua akibat dari tangan-tangan jahil manusia yang dihantui perasaan serakah dan ingin menguasai hak milik orang lain.
Semoga kita dapat keluar dari kerepurukan dan menjadikan bencana sebagai momentum untuk merefleksikan diri dan menjadikan potensi yang bermamfaat bagi bangsa dan negara.

Senin, 05 Oktober 2009

vE BAKAU BESAR LAUT. PEBRTUANTONI& TEMAN

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Pontianak












Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini



Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009

I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Februantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Minggu, 15 Maret 2009
Pukul : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Balai Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan
Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Bakau Besar Laut direncanakan pada hari Minggu, 15 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. Dedy Armayadi untuk Materi “Demokrasi & Pemilu” dan Materi “Menjadi Pemilih Cerdas”
b. Pebruantoni untuk Materi “Hari Pemilu”

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah pemilih marginal. (Nama peserta terlampir).




II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana Pesta Demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang Baliho, Spanduk, Poster, Stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon Wakil Rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan Pertisipasi Rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya Wakil Rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun Presiden dan Wakil Presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih adalah Desa Sungai Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak. Sebagian besar penduduk berkerja sebagai nelayan dan petani kecil. Karena itu Desa Sungai Bakau Besar Laut dipilih sebagai lokasi pendidikaan pemilih untuk target pemilih marginal.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diberikan materi tentang Materi demokrasi dan pemilu disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok.

Fasilitator diantaranya menjelaskan tentang arti kata demokrasi dan hubungannya dengan pemilu. Untuk menumbuhkan semangat dan partisipasi peserta, penyampaian materi dibuat lebih interaktif. Fasilitator sering bertanya kepada peserta terkait materi yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya, peserta bisa bertanya langsung kepada fasilitator.

b. Hasil diskusi kelompok tentang “harapan” kepada pemerintahan terpilih 2009-2014.
Selain menyampaikan materi demokrasi dan pemilu, pemateri juga mengarahkan peserta untuk berdiskusi kelompok. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok dan topik yang dibahas yakni tentang harapan masyarakat Desa Sungai Bakau Besar Laut terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014 nantinya. Harapan masyarakat ini dapat menjadi input dalam kontrak politik kepada calon dan partai politik yang datang ke Desa Sungai Bakau Besar Laut. Kontrak politik ini adalah salah satu alat untuk memastikan pemerintahan terpilih nantinya mewujudkan aspirasi dan harapan masyarakat. Jika calon atau partai ingkar dan lupa dengan janji-janjinya, masyarakat dapat menuntut mereka.


Diskusi Kelompok 3

Adapun hasil diskusi kelompok tentang harapan masyarakat Desa Sungai Bakau Besar Laut terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014 adalah sebagai berikut:

Kelompok I
1. Harapan kami pemerintahan terpilih nanti harus jujur, bijaksana, harus bisa memikirkan nasib rakyat dan jangan korupsi.
2. Bisa dibawa untuk bermusyawarah.
3. Bisa menciptakan lapangan kerja.


Presentasi Hasil Diskusi Kelompok I Presentasi Hasil Diskusi Kelompok II


Kelompok II
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Pendidikan gratis.
3. Kesehatan gratis.
4. Amanah.
5. Dapat menstabilkan ekonomi.

Kelompok III
1. Pemimpin adil dan sejahtera.
2. Pelayanan kesehatan yang lebih adil mengedepankan kepentingan masyarakat kecil.
3. Pendidikan gratis.

c. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diajak berdiskusi tentang apa itu pemilih cerdas. Fasilitator juga bertanya kepada peserta tentang calon dan partai politik layak dipilih pada pemilu 2009.

Dari hasil diskusi kelompoknya, peserta telah memunculkan calon seperti apa yang layak dipilih. Kelompok 1 misalnya, menyatakan bahwa calon yang dipilih harus jujur, bijaksana, harus bisa memikirkan nasib rakyat dan jangan korupsi. Orangnya demokratis. Dalam mengambil keputusan bermusyawarah terlebih dahulu dengan konstituennya. Kelompok II dan kelompok III menambahkan, calon yang layak dipilih adalah calon yang amanah, adil dan dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Fasilitator dalam sessi ini hanya menegaskan tentang seperti apa pemilih cerdas, bagaimana menilai calon dan partai politik yang layak dipilih.

Apa itu pemilih cerdas?
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.

Bagaimana menilai calon legislatif?
 Prestasi Calon – bermanfaat kepada orang banyak, dicapai secara jujur
 Janji saat kampanye – masuk akal atau sekedar pemanis saja
 Indikasi korupsi – lihat gaya hidupnya, apakah sesuai dengan pekerjaannya.
 Perilaku keseharian

Bagaimana menilai partai politik?
 Apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi?
 Sering kisruh misalnya memperebutkan posisi atau anggotanya pecah
 Tidak punya program yang berkesinambungan
 Tidak mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya

d. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.

Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Februantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya yaitu;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
2. Cara pencontrengan; pencontrengan sempurna dan tidak sempurna.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.

Selepas memberikan pengantar, fasilitator kemudian memberikan kesempatan simulasi pencontrengan kepada peserta, serta membuka sessi tanya jawab.


Februantoni menjelaskan tentang surat suara pemilu.

Sessi ini diikuti peserta dengan antusias. Rasa ingin tahu peserta cukup besar. Banyak pertanyaan yang diajukan peserta kepada fasilitator.

Salah satu peserta bertanya tentang cara pencontrengan tidak sempurna.

e. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan.

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 1 4 5
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 5 4
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 1 5 4
4 Ketepatan methodologi pelatihan 2 4 4
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 1 4 2 3
6 Fasilitas akomodasi 2 3 5
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 1 5 4
Catatan untuk evaluasi di atas yang perlu diperhatikan adalah tentang dukungan alat-alat, ketepatan methodologi, dan fasilitas akomodasi. Ada 1 responden yang mengungkapkan alat yang digunakan “jelek” dan 4 responden yang menilai “biasa”. Ketika fasilitator bertanya tentang hal ini, peserta menyatakan; kurangnya “LCD/Infokus” dan alat peraga simulasi pemilu sehingga responden menilai dukungan alat-alat dalam pendidikan pemilh ini “jelek” dan “biasa”. Pada pendidikan pemilih ini tim trainer tidak dibekali dengan dukungan alat berupa “LCD” dan alat peraga simulasi pemilu. Namun demikian tim trainer telah membuat lembar surat suara untuk simulasi dan penjelasan materi pada kertas casing. Penggunaan LCD pada siang hari dengan ruangan yang terang justru tidak efektif.

Selanjutnya tentang ketepatan methodologi dan fasilitas akomodasi yang dinilai “tidak bagus” oleh 2 orang responden. Untuk methodologi peserta mengharapkan adanya simulasi yang dilengkapi alat peraga. Sedangkan fasilitas akomodasi yang dinyatakan kurang, ternyata 2 orang ini berharap adanya “penggantian uang transportasi”. Karena dalam pendidikaan pemilih ini lebih mengutamakan partisipasi publik dan didasarkan atas kebutuhan masyarakat, maka pendidikan pemilih ini tidak menyediakan “penggantian uang transport”.

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh seluruh peserta. Namun ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta ini, yaitu; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban peserta tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Biar suara dipergunakan dengan baik.
 Untuk berpartisipasi dalam pemilu.
 Karena untuk mencari calon legislatif yang benar.
 Untuk memilih partai yang baik.
 Karena untuk menentukan nasib rakyat.
 Karena pemilu 2009 akan menentukan nasib bangsa.
 Karena kita ingin mencari seorang pemimpin untuk memperjuangkan masa depan bangsa.
 Karena ingin wakil rakyat yang memihak pada rakyat.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Cara menyampaikan dengan hormat dan ramah.
 Diskusi Kelompok.
 Informasi yang baru.
 Materi tentang surat suara sah.
 Banyak variasinya.
 Pengetahuan tentang pemilu.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 LCD nya harus ada dalam training.
 Penguasaan materi perlu ditingkatkan.
 Penjelasan tentang pemilu hendaknya disampaikan secara singkat, padat, dan tidak bertele-tele.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Peserta yang umumnya telah berumur belum terbiasa menerima pelatihan dari fasilitator yang umumnya masih muda. Banyak pertanyaan peserta lebih kepada pengujian kemampuan fasilitator. Namun demikian, belajar dari pengalaman yang ada, peserta yang seperti ini bisa dihadapi dengan pendekatan personal. Peserta yang jadi trouble maker ini lebih banyak diminta menyampaikan pendapatnya, lantas fasilitator memperkuat pernyataannya berdasarkan argumen yang logis, rasional, dan menyajikan contoh-contoh kongkret sesuai dengan permasalahan yang dekat dengan masyarakat.
2. Keterbatasan alat berupa “LCD” dan alat peraga simulasi. Ini jadi tantangan karena peserta menginginkan “LCD” dan alat peraga simulasi berupa kotak suara. Tim trainer menjelaskan bahwa LCD dan alat peraga ini tidak disediakan karena memandang dengan lembar simulasi yang ada, praktek hari pemilu bisa dilakukan.

2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Bakau Besar Laur ini tidak mengalami kendala berarti. Tim trainer langsung menghubungi Kepala Desa setempat, 2 hari sebelum penyelenggaraan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan disepakati hari Minggu pagi. Waktu ini dipilih untuk tidak mengganggu kerja masyarakat. Kemudian Kepala Desa mengundang warganya untuk datang ke balai desa, tempat penyelenggaraan kegiatan. Target peserta 40 orang dapat dipenuhi, bahkan jumlah peserta yang hadir mencapai 50 peserta. Dari proses persiapan penyelenggaraan kegiatan ini dapat diperoleh pembelajaran, bahwa pelaksanaan kegiatan yang didukung Kepala Desa dan melibatkan masyarakat secara langsung akan mempermudah penyelenggaraan kegiatan.
2. Penyampaian alur kegiatan dan menyepakati kontrak belajar di awal kegiatan penting dilakukan untuk memberikan gambaran tentang agenda yang dijalankan selama pendidikan pemilih dan efektivitas penggunaan waktu pertemuan.
3. Beberapa peserta dalam pendidikan pemilih ini belum terbiasa menerima penjelasan dari fasilitator yang umurnya lebih muda darinya. Untuk menghadapi peserta yang seperti ini fasilitator berupaya untuk selalu terbuka dan berempati. Penjelasan kepada peserta dipilih kepada contoh-contoh kongkret berdasarkan pengalaman masyarakat, dan menggunakan analogi yang mudah mereka cerna. Penghargaan terhadap pernyataan peserta, meskipun dalam bentuk pengujian kemampuan fasilitator, tetap dikedepankan. Sebelumnya fasilitator menegaskan bahwa dalam pendidikan pemilih ini aspek yang diutamakan adalah “berbagi informasi”. Kebetulan beberapa peserta yang ikut merupakan petugas KPPS setempat. Dengan berbagi, informasi yang ada bisa saling melengkapi. Karena itu, untuk beberapa sessi, fasilitator mengarahkan peserta untuk berdiskusi kelompok.
4. Kata “LCD” dalam lembar evaluasi hendaknya dijelaskan sebagai contoh. Kata ini rupanya cukup mempengaruhi peserta dalam menilai dukungan peralatan kegiatan pendidikan pemilih ini. Peralatan LCD memang tidak disediakan karena keterbatasan anggaran. Mengenai hal ini fasilitator menjelaskan tentang efektivitas peralatan yang digunakan. LCD tidak terlalu efektif digunakan dalam ruangan yang terang, karena tampilan gambarnya menjadi kurang jelas. Selain itu, penggunaan peralatan seadanya namun disesuaikan dengan kebutuhan penjelasan, seperti lembar simulasi sudah cukup membantu peserta memahami materi yang dijelaskan.
5. Kekompakkan fasilitator jadi salah satu faktor penting dalam memfasilitasi peserta. Pembagian peran yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan sangat membantu kelancaran pendidikan pemilih ini. Jika ada pertanyaan yang sulit dijawab oleh salah satu fasilitator, fasilitator lainnya dapat membantu.

vE SUI RASAU

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Pontianak












Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini



Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009

I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Pebruantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Senin, 16 Maret 2009
Pukul : 13.00-17.00 WIB
Tempat : Surau Nurul Iman, Jl Maduras, Desa Sungai Rasau,
Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Rasau direncanakan pada hari Senin, 16 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. Dedy Armayadi untuk Materi “Demokrasi & Pemilu” dan Materi “Menjadi Pemilih Cerdas”
b. Pebruantoni untuk Materi “Hari Pemilu”

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 56 orang, yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 39 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah kaum perempuan. (Nama peserta terlampir).




II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana Pesta Demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang Baliho, Spanduk, Poster, Stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon Wakil Rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan partisipasi rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya Wakil Rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun presiden dan wakil presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih dengan target pemilih perempuan adalah Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak. Desa Sungai Rasau dipilih karena sebagian besar pemilih perempuan di desa ini masih buta huruf dan berumur (lansia) dan belum pernah memperoleh sosialisasi PEMILU 2009.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Materi demokrasi dan pemilu ini disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Dalam penyampaian materi ini fasilitator dibantu oleh Bapak Rocky guna menerjemahkan penjelasan ke dalam bahasa Madura.

Pada bagian pertama sessi ini, fasilitator terlebih dahulu menjelaskan tentang arti demokrasi. Fasilitator menjelaskan bahwa demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan. Jadi, demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ia berkaitan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan musyawarah dan melibatkan banyak pihak dapat dikatakan sebagai keputusan yang demokratis. Contoh berdemokrasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya di rumah tangga. Jika hendak mengambil suatu keputusan biasanya anggota keluarga berkumpul dan bermusyawarah. Bila keputusan diambil berdasarkan keputusan bersama, maka keputusan itu dapat dikatakan demokratis.

Di desa, contoh praktek berdemokrasi diantaranya yaitu pemilihan Ketua RT, Ketua RW, dan Pemilihan Kepala Desa.

Bapak Rocky, salah satu peserta menceritakan pengalamannya menerapkan praktek berdemokrasi dengan anak didiknya. Pak Rocky merupakan salah satu guru ngaji di Desa Sungai Rasau. Saat akan mengambil keputusan Pak Rocky selalu mengajak orang tua dan anak didiknya bermusyawarah. Hal itu dilakukan guna mendidik muridnya untuk menggunakan musyawarah dalam mengambil keputusan, dan agar keputusan yang diambil dapat diketahui bersama.


Dedy Armayadi, salah satu fasilitator sedang menjelaskan materi “Demokrasi dan Pemilu”

Untuk menambah wawasan peserta, fasilitator menjelaskan tentang demokrasi yang pernah dijalankan di Indonesia. Sedikitnya di Indonesia terdapat 4 fase demokrasi, yakni demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan demokrasi di era reformasi. Demokrasi di era reformasi telah banyak mengalami perubahan. Kini pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Namun demikian, demokrasi yang kini berlangsung di Indonesia masih sebatas demokrasi prosudural, belum subtantif. Proses berdemokrasi di Indonesia baru menjalankan prosedur dari tahapan-tahapan demokrasi, namun belum menyentuh pada hakikat demokrasi.

Demokrasi dan pemilu adalah alat agar suara/harapan rakyat dapat diwujudkan oleh pemerintahan terpilih. Pemerintahan terpilih yang dimaksud yakni pemimpin negara dan daerah, serta wakil rakyat baik yang duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.

b. Hasil diskusi kelompok tentang “harapan” kepada pemerintahan terpilih 2009-2014.
Pada sessi materi “Demokrasi dan Pemilu” Fasilitator mengarahkan peserta untuk menggali harapan/aspirasi masyarakat Desa Sungai Rasau kepada pemerintahan terpilih nantinya. Peserta kemudian dibagi kedalam 3 kelompok. Karena sebagian besar peserta “buta huruf”, maka masing-masing kelompok didampingi peserta yang pandai menulis dan membaca.


Diskusi kelompok 1 membahas harapan masyarakat terhadap pemerintahan terpilih 2009-2014.

Setelah semua peserta rampung mendiskusikan harapan mereka kepada pemerintahan terpilih, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok. Presentasi kelompok 1 disampaikan oleh Mulyadi, presentasi kelompok 2 disampaikan oleh Reza Azizah, dan presentasi kelompok 3 disampaikan oleh Bapak Rocky.


Presentasi Hasil Diskusi dari Kelompok 2 oleh Reza Azizah.

Berikut hasil diskusi ketiga kelompok peserta;

Kelompok I:
1. Turunkan harga BBM.
2. Perhatikan rakyat kecil.
3. Gratiskan biaya pendidikan. Pemerintah menyatakan biaya pendidikan gratis, namun pada kenyataannya untuk beberapa kebutuhan pendidikan seperti pembelian buku, SPP belum sepenuhnya gratis.
4. Gratiskan biaya rumah sakit. Meskipun sudah ada asuransi kesehatan untuk orang miskin seperti ASKESKIN, JAMKESMAS dan sebagainya, pada kenyataanya pelayanan kesehatan kepada oran miskin pemerintah terkesan setengah hati. Banyak rumah sakit yang kurang respek dan mempersulit masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Karena itu, masyarakat berharap kedepan, biaya rumah sakit benar-benar digratiskan.
5. Orang Madura ingin diakui sebagai putera daerah. Sebagian besar penduduk yang beretnis Madura lahir di Kalimantan Barat. Namun hingga kini etnis Madura belum diakui sebagai putera daerah. Etnis Tionghoa yang berasal dari negara lain sudah diakui sebagai putera daerah, tapi mengapa etnis Madura yang masih berada di kawasan nusantara tidak diakui sebagai putera daerah? Oleh karena itu kelompok 1 mengharapkan pemerintahan terpilih nantinya bersikap adil dan mengakui orang Madura yang lahir di Kalimantan Barat sebagai putera daerah.
6. Ingin mendapatkan perlindungan dan keamanan dari berbagai masalah. Sejak krusuhan etnis beberapa waktu lalu, orang Madura trauma, dan berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Orang Madura berharap pemerinatahan terpilih nanti tidak diskriminasi dan memberikan perlindungan kepada orang-orang Madura.

Kelompok II:
1. Bangsa Madura ingin diakui sebagai putera daerah.
2. Sembako Murah. Saat ini pendapatan masyarakat menurun karena harga jual hasil pertanian menurun. Dulu harga karet bisa mencapai Rp. 11.000,- per kilo, sekarang hanya dihargai Rp 4.000,- per kilo. Turunnya pendapatan masyarakat ini berbanding terbalik dengan harga sembako. Harga sembako naik setinggi langit. Harga beras sekarang sudah mencapai Rp 7000,- sekilo. Kedepan masyarakat berharap pemerintah dapat menurunkan harga sembako.
3. Tolong ciptakan keamanan.
4. Memperhatikan pendidikan masyarakat.
5. Menaikkan harga jual tani; sayur-sayuran. Penduduk Desa Sungai Rasau umumnya bermatapencaharian sebagai petani. Komoditas yang dijual antara lain yakni, sayur-sayuran, karet, dan sebagainya. Masyarakat berharap pemerintah dapat menaikkan harga jual hasil tani sehingga pendapatan masyarakat bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
6. Memperhatikan aspirasi rakyat.
7. Berantas korupsi. Korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat negara di Jakarta, tapi juga di desa-desa. Berantas korupsi harus dilakukan menyeluruh. Tidak tebang pilih.

Kelompok III:
1. Kami suku Madura belum diakui sebagai putera daerah kalimantan.
2. Sembako murah.
3. BBM turun.
4. Tolong perhatikan pendidikan dan ciptakan pembangunan.
5. Tolong perhatikan guru-guru ngaji, Ketua RT, dan Ketua RW. Guru-guru ngaji, juga Ketua RT, dan Ketua RW belum diperhatikan pemerintah. Masyarakat berharap pemerintah bisa memberikan tunjangan kepada Guru-guru ngaji, Ketua RT, dan Ketua RW.
6. Ciptakan keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Materi “Menjadi Pemilih Cerdas” disampaikan oleh Dedy Armayadi. Metode yang digunakan adalah ceramah - tanya jawab dan diskusi kelompok.

Materi yang disampaikan fasilitator antara lain tentang bagaimana menjadi pemilih cerdas, yaitu:
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.

Selain itu, fasilitator juga menyampaikan materi bagaimana cara menilai calon. Berikut beberapa kriteria yang disampaikan:
 Prestasi Calon – bermanfaat kepada orang banyak, dicapai secara jujur
 Janji saat kampanye – masuk akal atau sekedar pemanis saja
 Indikasi korupsi – lihat gaya hidupnya, apakah sesuai dengan pekerjaannya.
 Perilaku keseharian

Sedangkan untuk menilai partai peserta diajak untuk melihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
 Apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi?
 Sering kisruh misalnya memperebutkan posisi atau anggotanya pecah
 Tidak punya program yang berkesinambungan
 Tidak mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya

Guna menggali calon dan partai politik yang layak dipilih, fasilitator kembali meminta peserta untuk berdiskusi kelompok. Kelompok yang digunakan tetap sama dengan kelompok pada sessi sebelumnya. Sedangkan pertanyaan yang hendak dibahas adalah; calon dan partai politik seperti apa yang layak dipilih pada pemilu 2009 ini?

Selepas berdiskusi peserta kemudian diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing. Adapun hasil diskusi kelompok tentang calon dan partai politik yang layak dipilih adalah sebagai berikut;

Kelompok I
1. Yang baik, jujur, adil dan kreatif.
2. Calon yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
3. Calon yang dapat menciptakan pembangunan.
4. Calon dan partai yang dapat mengayomi seluruh rakyat.
5. Partai yang dapat menciptakan keadilan.

Kelompok II
1. Calon yang baik dan tidak korupsi.
2. Calon yang berpengalaman dalam menciptakan pembangunan.
3. Calon yang berpendidikan tinggi, cerdas, dan tidak suka mengumbar janji.
4. Calon yang dapat menjadi tauladan bagi rakyatnya.
5. Partai yang dapat mengemban amanah rakyat.

Kelompok III
1. Calon yang dapat mewujudkan harapan rakyat.
2. Calon yang pandai dan berpendidikan tinggi.
3. Calon yang tidak suka korupsi
4. Calon yang berahlak baik.
5. Partai yang merakyat.
6. Partai yang telah menunjukkan kinerjanya dengan nyata.


Suasanan hangat saat sessi presentasi hasil diskusi kelompok. Peserta tertawa mendengarkan “joke” seorang peserta.

Sessi ini diikuti dengan antusias oleh peserta. Ketika membahas hasil diskusi kelompok kadang memberikan pertanyaan “nakal”, seperti; “ibu-ibu kalau calonnya ganteng, layak pilih ngga?”. Seorang ibu menanggapi pertanyaan ini,”calon ganteng ndak menjamin…,”celetuk seorang ibu, yang disambut tawa peserta lainnya.

d. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.

Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Februantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya yaitu;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
2. Cara pencontrengan.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.

Selepas memberikan pengantar, fasilitator kemudian memberikan kesmpatan simulasi pencontrengan kepada peserta, serta membuka sessi tanya jawab.


Simulasi pencontrengan oleh peserta

Dalam sessi ini ada kejadian menggelikan. Seorang ibu lansia, bertanya kepada temannya. “Oh, jadi kita mesti contreng No 1, seperti kata Pak Guru (maksudnya Fasilitator),”kata ibu ini. Temannya yang mendengarkan menanggapi, “bukan begitu, pak Guru hanya kasih contoh, kita boleh milih mana saja, tapi contrengannya harus di dalam kolom…” kata temannya. Percakapan mereka itu disampaikan temannya ke fasilitator, dan peserta lain, sehingga peserta yang mendengarkan jadi tertawa. Fasilitator kemudian kembali menerangkan dan dibantu oleh Bapak Rocky untuk menjelaskan dengan bahasa lokal. Peserta pertemuan ini sebagaian besar tergolong pemilih buta huruf dan belum terlalu fasih berbahasa Indonesia, sehingga dalam penjelasan diperlukan dukungan dari penduduk lokal untuk menerjemahkan penjelasan fasilitator.



e. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan.

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 9 1
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 4 5
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 3 5 2
4 Ketepatan methodologi pelatihan 1 6 3
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 3 5 2
6 Fasilitas akomodasi 1 6 2 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 3 4 3

Catatan untuk evaluasi di atas yang perlu diperhatikan adalah tentang dukungan alat-alat, ketepatan methodologi, dan fasilitas akomodasi. Ada 3 responden yang mengungkapkan alat yang digunakan “tidak bagus”. Ketika fasilitator bertanya tentang hal ini, peserta menyatakan; bahwa pertemuan lebih baik menggunakan “LCD/Infokus”. Jadi, karena tim tidak menggunakan “LCD/Infokus”, maka responden menyatakan item dukungan alat-alat “tidak bagus”. Selanjutnya tentang ketepatan methodologi dan fasilitas akomodasi yang dinilai “biasa” oleh 6 orang responden dikarenakan mereka belum mengerti apa yang dimaksud dengan “methodologi” dan “akomodasi”. Setelah ditanyakan, ternyata responden seluruhnya suka dengan metode pertemuan yang dilakukan dengan berdiskusi kelompok, simulasi, dan suasana yang dibuat cair dengan penuh tawa karena humor dan joke, baik dari peserta maupun fasilitator. Hal serupa juga terjadi pada item akomodasi. Kedepan agar pengisian kuisioner dapat dipahami, penjelasan tentang pengisian kiranya dapat diterangkan satu persatu sehingga mudah dipahami oleh reponden.

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh peserta. Ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta, yakni; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Memilih itu sangat penting.
 Memilih merupakan kewajiban dan menyangkut masa depan saya sendiri.
 Karena suka.
 Negara suruh pilih.
 Karena untuk memilih pemimpin.
 Karena menyangkut masa depan bangsa.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Sessi diskusi.
 Kemampuan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta.
 Dengan training ini saya dapat mengerti dan memahami arti demokrasi dan memilih yang benar.
 Diskusi dan presentasi tentang cara mencontreng yang baik dan benar.
 Dengan training ini kita dapat memahami apa yang tidak dipahami.
 Penjelasan tentang cara mencontreng.
 Tentang cara memilih.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 Dukungan peralatan.
 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, Perlengkapan, dsb).
 Dukungan fasilitas.
 Lebih baik lagi lah ...
 Kualitas dari training.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Sebagian besar peserta yang ikut dalam pertemuan ini adalah pemilih yang masih buta huruf. Saat registrasi, banyak peserta yang kesulitan untuk memberikan tanda tangan pada daftar hadir.
2. Sebagian besar peserta belum terlalu paham jika hanya dijelaskan dengan bahasa Indonesia. Peserta perlu didukung penterjemah yang dapat menjelaskan ulang dengan bahasa lokal.


2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di Desa Sungai Rasau tidak mengalami kendala berarti. Tim trainer cukup menghubungi Kepala Desa setempat, 3 hari sebelum penyelenggaraan kegiatan. Kepala Desa kemudian mendelegasikan Bapak Rocky, seorang penjaga surau, untuk mendampingi tim trainer. Bapak Rocky inilah yang selanjutnya menghubungi dan menyampaikan undangan secara lisan kepada warga untuk menghadiri kegiatan pendidikan pemilih ini. Pada hari-H Bapak Rocky mengingatkan warga tentang kegiatan pendidikan pemilih melalui pengeras suara Surau Nurul Iman. Tidak lama setelah itu, warga yang sebagian besar pemilih perempuan hadir memenuhi Surau Nurul Iman, tempat kegiatan pendidikan pemilih ini dilangsungkan. Selain peserta perempuan, pemilih pemula dan pemilih laki-laki ikut hadir. Target peserta 40 orang dapat dipenuhi, bahkan jumlah peserta yang hadir mencapai 56 peserta. Dari proses persiapan penyelenggaraan kegiatan ini dapat diperoleh pembelajaran bahwa pelaksanaan kegiatan yang didukung Kepala Desa dan melibatkan masyarakat secara langsung akan mempermudah penyelenggaraan kegiatan. Bapak Rocky mengundang warga secara lisan, layaknya proses kegiatan yang kerap diikuti warga, seperti pengajian majelis taklim dan kegiatan-kegiatan lain di kampung. Proses yang disesuaikan dengan tradisi lokal sangat mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih ini.
2. Sebagian besar peserta pendidikan pemilih masih belum melek huruf (buta huruf). Ini jadi tantangan tersendiri bagi fasilitator. Agar peserta yang ikut tetap antusias dan semangat, fasilitator membuat suasana pertemuan menjadi lebih cair dan interaktif. Joke dan kata sandi “hay” dan “hello” cukup membantu trust peserta kepada fasilitator, sehingga mereka lebih percaya diri mengungkapkan pendapat dan terlibat aktif dalam pelatihan.
3. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini lebih banyak pada proses diskusi dan simulasi, sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam kegiatan ini. Peserta mengikuti diskusi dan simulasi dengan antusias.
4. Guna membantu peserta memahami materi yang disampaikan, fasilitator meminta penduduk setempat untuk mendampingi peserta dalam berbagai sessi kegiatan. Dalam penyampaian materi misalnya, fasilitator meminta seorang warga untuk menjelaskan kembali materi yang disampaikan dengan bahasa lokal.
5. Waktu yang digunakan dalam pendidikan pemilih ini sekitar 4 jam tanpa jedah. Tim trainer menyarankan kepada peserta untuk istirahat sejenak, sehingga warga dapat melaksanakan sholat Ashar. Apalagi kegiatan diselenggarakan di surau. Namun peserta meminta tim untuk melanjutkan kegiatan hingga tuntas, mengingat pertemuan seperti ini tidak pernah dilakukan di Desa Sungai Rasau. Sholat Ashar dilakukan setelah pertemuan. Dari sisi pelaksanaan kegiatan, proses ini menunjukkan semangat dan antusiasme masyarakat Desa Sungai Rasau dalam mengikuti pendidikan pemilih ini. Warga yang jarang disentuh dengan sosialisasi pemilu seperti Desa Sungai Rasau ini ternyata juga haus informasi dan pengetahuan.

VE SUI RAYA KEPULAWAN. PEBRUANTONI& RAKAN

Laporan Kegiatan
Pendidikan Pemilih (Voter Education)
Di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.













Oleh:
Pebruantoni
Dedy Armayadi
M. Isnaini




Koalisi Masyarakat Pemilu Untuk Demokratis
(KMPD)
2009
I. INFORMASI UMUM

1.1 Pelaksana
Pelaksana Kegiatan Pendidikan Pemilih (Voter Education) di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang adalah Tim Trainer dari LPS AIR yang tergabung ke dalam Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD). Tim ini terdiri dari tiga orang yakni:
a. Pebruantoni (Koordinator Tim Trainer)
b. Dedy Armayadi (Ass. Tim Trainer)
c. M. Isnaini (Ass. Tim Trainer)

1.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau pendidikan bagi pemilih.

1.3 Waktu dan tempat
Kegiatan pendidikan pemilih ini dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Jum’at, 13 Maret 2009
Pukul : 08.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kelas SMA Negeri 1 Sungai Raya
Kepulauan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,
Kabupaten Bengkayang.

1.4 Rencana dan pelaksanaan kegiatan
Rencana kegiatan pendidikan pemilih di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan direncanakan pada hari Jum’at, 13 Maret 2009, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

1.5 Penundaan
Tidak ada penundaan dalam kegiatan ini.

1.6 Nara sumber
Narasumber kegiatan pendidikan pemilih ini berasal dari Tim Trainer KMPD;
a. M. Isnaini untuk Materi “Demokrasi & Pemilu”.
b. Pebruantoni untuk Materi “Menjadi Pemilih Cerdas” dan “Hari Pemilu”.

1.7 Peserta :
Peserta pendidikan pemilih ini berjumlah 156 orang, yang terdiri dari 80 orang laki-laki dan 76 orang perempuan. Target peserta pada pendidikan pemilih ini adalah pemilih pemula. (Nama peserta terlampir).


II. PELAKSANAAN

2.1 Latar belakang kegiatan
Pesta Demokrasi bagi rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan PEMILU 2009 tinggal menghitung hari. Suasana pesta demokrasi sudah terasa dimana-mana, setiap sudut desa dan kota terpampang baliho, spanduk, poster, stiker, dan alat peraga lainnya dari para calon wakil rakyat periode 2009-2014.

Namun demikian, ada sisi yang kurang diperhatikan oleh para kontestan PEMILU 2009, yakni terkait dengan partisipasi rakyat yang lebih cerdas untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan PEMILU 2009, sehingga hasil dari PEMILU 2009 akan semakin berkualitas. Hal ini digambarkan dengan terpilihnya wakil rakyat, baik mereka yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR, DPRD, DPD) maupun presiden dan wakil presiden yang dapat menjawab harapan rakyat berupa kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Dari pengalaman PEMILU sebelumnya, rendahnya partisipasi rakyat Kalimantan Barat dalam PEMILU disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Informasi PEMILU yang tidak dapat menjangkau secara luas ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Kalimantan Barat yang luas namun memiliki keterbatasan infrastruktur, serta penyebaran penduduk yang terpencar sampai di wilayah pesisir pedalaman; (2) Rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya PEMILU. Hal ini disebabkan oleh belum dipahaminya pemilu sebagai sarana demokrasi yang ampuh untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kepentingannya; dan (3) Rendahnya kemampuan dalam memahami proses PEMILU. Ketiga faktor tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan masih rendahnya tingkat pendidikan rakyat serta sosialisasi penyelenggaraan PEMILU yang masih belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut, Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Demokratis (KMPD) Kalimantan Barat mencoba mengambil sisi yang masih kurang diperhatikan, dengan salah satu kegiatannya melakukan Pendidikan Pemilih pada PEMILU 2009. Pendidikan Pemilih ini diberikan kepada tiga sasaran yaitu (1) Pemilih Pemula, (2) Pemilih Perempuan, dan (3) Pemilih Marginal.

Salah satu lokasi penyelenggaraan pendidikan pemilih untuk pemilih pemula adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan. Pemilih pemula di SMA Negeri 1 ini belum pernah memperoleh sosialisasi pemilu 2009 dari berbagai pihak. Karena itu SMA ini dipilih sebagai lokasi pendidikan pemilih dengan target pemilih pemula.

2.2 Tujuan kegiatan
a. Menambah wawasan peserta tentang Demokrasi dan PEMILU 2009, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU 2009.
b. Meningkatkan pemahaman peserta untuk menjadi pemilih yang cerdas.
c. Menambah pengetahuan peserta tentang surat suara sah dan tidak sah, sehingga paham dalam mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.3 Hasil yang Diharapkan
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan PEMILU, sehingga aktif mengikuti setiap tahapan PEMILU.
b. Peserta menjadi pemilih yang cerdas.
c. Peserta paham cara mencontreng surat suara yang benar saat PEMILU 2009.
2.4 Metode
Pendidikan pemilih ini menggunakan beberapa metode;
a. Ceramah dan tanya jawab
b. Simulasi

2.5 Pencapaian hasil
a. Peserta dapat memahami Demokrasi dan Pemilu
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diberikan materi tentang demokrasi dan pemilu yang disampaikan oleh M. Isnaini. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah ceramah dan tanya jawab.

Fasilitator diantaranya menjelaskan tentang arti kata demokrasi dan hubungannya dengan pemilu. Untuk menumbuhkan semangat dan partisipasi peserta, penyampaian materi dibuat lebih interaktif. Fasilitator sering bertanya kepada peserta terkait materi yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya, peserta bisa bertanya langsung kepada fasilitator.

Pada bagian pertama sessi ini, fasilitator terlebih dahulu menjelaskan tentang arti kata demokrasi. Fasilitator menerangkan bahwa demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan. Jadi, demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Demokrasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasi salah satu contohnya berkaitan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan musyawarah dan melibatkan berbagai pihak, proses pengambilan keputusan tersebut dapat dikatakan sebagai keputusan yang demokratis. Contoh proses berdemokrasi di sekolah misalnya, pemilihan ketua kelas dan ketua OSIS yang dipilih secara langsung.

Untuk menambah wawasan peserta, fasilitator juga menjelaskan tentang demokrasi yang pernah dijalankan di Indonesia. Dari demokrasi yang ada di dunia saat ini, sedikitnya di Indonesia terdapat 4 fase demokrasi, yakni demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan demokrasi di era reformasi. Demokrasi di era reformasi telah banyak mengalami perubahan. Yang cukup signifikan diantaranya adalah demokrasi pada saat proses pemilihan umum, baik mulai dari proses pemilihan kepala desa sampai pada pemilihan presiden. Saat ini pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Namun demikian proses demokrasi yang kini berlangsung di Indonesia masih sebatas pada demokrasi prosedural, belum menyentuh pada hal-hal yang substantifnya. Proses berdemokrasi di Indonesia baru pada tahap menjalankan prosedur dari tahapan-tahapan demokrasi, namun belum dapat menjawab persoalan sesuai harapan rakyat.

Demokrasi dan pemilu merupakan salah satu alat agar suara/harapan rakyat dapat diwujudkan oleh pemerintahan terpilih. Pemerintahan terpilih yang dimaksud yakni pemimpin negara dan daerah, serta wakil rakyat baik yang duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.

b. Peserta Paham Bagaimana “Menjadi Pemilih Cerdas”.
Dalam pendidikan pemilih ini peserta diajak berdiskusi tentang apa itu pemilih cerdas. Fasilitator juga bertanya kepada peserta tentang calon dan partai politik yang layak dipilih pada pemilu 2009.

Fasilitator dalam sessi ini menjelaskan tentang seperti apa pemilih cerdas, bagaimana menilai calon dan partai politik yang layak dipilih.

Apa itu pemilih cerdas?
 Pemilih yang bisa membedakan informasi yang jujur dan manipulatif.
 Pemilih yang sadar menyikapi keriuhan pesta demokrasi
 Memastikan agar suara kita atau pilihan kita kepada orang yang bisa membawa aspirasi kita.
 Pemilih yang tidak mudah ditipu daya degan janji-janji manis tampa bukti.
 Pemilih yang bisa membedakan siapa yang layak dipilih dan siapa yang tidak layak dipilih.
 Pemilih yang tidak mudah dibujuk rayu oleh para calekg.

Bagaimana menilai calon legislatif?
 Calon legaslatif harus memiliki visi dan misi yang bermanfaat kepada masyarakat dan bangsa serta negara, berkompetisi dalam pemilu secara jujur dan bertanggung jawab.
 Janji yang diucapkan pada saat kampanye haruslah masuk akal dan bukan sekedar pemanis saja
 Calek yang dipilih haruslah tidak terindikasi degan korupsi hal ini dapat dilihat dengan gaya hidupnya sehari-hari, apakah sesuai penghasilan dan pengeluarannya.
 Perilaku keseharian calon legislatif haruslah mencerminkan nilai-nilai agama dan adat istiadat setempat.

Bagaimana menilai partai politik?
 Menilai partai politik harus dilihat apakah anggota partai banyak yang terlibat korupsi,
 Apakah dalam partai pilitik tersebut sering terjadi kisruh misalnya dalam proses memperebutkan posisi ketua atau anggotanya pecah karena tidak terakomodir kepentingan oleh partainya,
 Apakah partai politik yang kita pilih mempunyai program kerja yang berkesinambungan dalam memajukan bangsa dan negara.
 Apakah partai politik yang kita pilih mempunyai sikap jelas atas pelanggaran yang dilakukan anggotanya dan berani mengakui serta meminta maaf kepada masyarkat atas oknum anggotanya yang melakukan pelanggaran,

c. Peserta paham tentang surat suara yang sah atau cara mencontreng yang benar.


Suasana pendidikan pemilih saat penjelasan materi oleh fasilitator.


Materi “Hari Pemilu” dijelaskan oleh Pebruantoni. Penjelasan yang disampaikan diantaranya, yakni;
1. Bentuk dan jumlah surat suara saat Pemilu 2009.
Ukuran surat suara pada Pemilu 2009 hampir sama dengan ukuran koran. Pemilih perlu sedikit bersabar dalam membuka surat suara. Apalagi kalau bilik suaranya tidak besar. Ada 4 lembar surat suara, yakni surat suara untuk DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD.
2. Cara pencontrengan; pencontrengan sempurna dan tidak sempurna.
Dalam pencontrengan dapat dilakukan dengan beberapa tanda diantaranya dengan cara centang sempurna, centang tidak sempurna, tanda kros, dan tercoblos.
3. Surat suara sah, dianggap sah, dan tidak sah.
Surat suara dianggap sah jika pemilih mencontereng nama calon, gambar partai, nomor partai atau nomor calon. Pencontrengan juga bisa dilakukan sebanyak dua kali, dengan mencontreng gambar partai dan nama calon dalam satu partai serta di dalam kolom. Sedangkan surat suara dianggap tidak sah apabila pencontrengan berada di luar kolom partai dan calon, serta di luar nomor partai dan nomor calon.


Fasilitator menjelaskan cara pencontrengan


d. Hasil Evaluasi Kegiatan
Sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan, tim trainer meminta kepada 10 peserta mengisi lembar evaluasi kegiatan. Pengisian lembar evaluasi ini dilakukan secara mandiri oleh peserta pelatihan. Berikut hasil evaluasi peserta kegiatan:

No Description Score
Jelek
(Orang) Tidak Bagus
(Orang) Biasa
(Orang) Bagus
(Orang) Sangat Bagus
(Orang)
1 Kemampuan fasilitator dalam menjelaskan materi training 1 3 5 1
2 Kemampuan fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta 1 1 2 5
3 Kemampuan dalam menjawab berbagai pertanyaan dari peserta 5 5
4 Ketepatan methodologi pelatihan 2 3 4 1
5 Dukungan alat-alat (Handout, LCD, perlengkapan, dsb) 2 3 3 2
6 Fasilitas akomodasi 3 6 1
7 Kualitas penyelenggaraan training secara keseluruhan 6 4

Pertanyaan mengenai “pengetahuan” secara umum dapat dijawab oleh seluruh peserta. Namun ada tiga jawaban yang perlu diperhatikan berkaitan dengan evaluasi “pengetahuan” peserta ini, yaitu; tentang pertanyaan mengapa kita perlu ikut pemilu, sessi yang disukai peserta, dan saran perbaikan dari peserta.

Berikut jawaban peserta tentang mengapa kita perlu memilih dalam pemilu 2009?:
 Ya, karena kami sudah memiliki cukup umur untuk memilih dan kami ingin memilih caleg yang kaya segalanya.
 Karena saya sudah memenuhi syarat.
 Karena sudah saatnya kami ikut berpartisipasi dalam menentukan nasib negara.
 Karena sangat berpengaruh terhadap nasib kami.
 Karena sudah cukup umur dan untuk menemukan calon pemimpin yang berwibawa.
 Karena untuk memilih pemimpin yang terbaik bagi negara (NKRI) dan berharap semoga negara kita menjadi negara yang maju.

Berikut jawaban tentang sessi yang dianggap peserta paling menarik:
 Ketika menjelaskan permasalahan kepada kami.
 Kami dapat mengetahui cara memilih yang baik.
 Informasi yang disampaikan dan konsumsinya.
 Mendapatkan ilmu/wawasan dan konsumsinya.

Adapun saran dari peserta guna perbaikan pelatihan yaitu;
 Memperluas volume suara dan tidak terlalu cepat agar audien di belakang bisa mengerti.
 Dapat memberikan penjelasan lebih detail lagi, supaya lebih jelas.
 Cara fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi dan semangat peserta dan dukungan alat-alat.
 Sarana dan prasarana harus lebih lengkap seperti laptop dan infokus.
 Suaranya harus jelas dan tidak berbelit-belit.

2.6 Tantangan
Tantangan dalam pelatihan ini diantaranya yaitu:
1. Jumlah peserta pendidikan pemilih ini membludak hingga mencapai 156 peserta, dari 40 peserta yang ditargetkan. Di satu sisi peserta yang banyak ini menunjukkan antusiasme siswa untuk mengikuti pendidikan pemilih, serta ada banyak pemilih pemula yang memperoleh pengetahuan tentang pemilu, namun di sisi lain jumlah peserta yang terlalu besar menyebabkan pelatihan ini menjadi kurang efektif. Terkadang peserta ribut dan bicara sendiri tanpa mendengarkan penjelasan fasilitator.
2. Dengan jumlah peserta yang besar tim trainer agak kesulitan mengembangkan variasi metode seperti diskusi kelompok, simulasi, dan permainan di dalam pendidikan pemilih ini.

2.7 Pelajaran yang diambil/rekomendasi
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pelatihan ini yaitu:
1. Persiapan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pemilih di SMA Negeri Sungai Raya Kepulauan tidak mengalami kendala berarti. Kepala Sekolah mendukung, dan peserta mempunyai motivasi kuat untuk mengikuti pendidikan pemilih ini. Terbukti yang awalnya peserta ditargetkan 40 peserta saja, pada pelatihan ini peserta membludak hingga mencapai 156 peserta.
2. Jumlah peserta yang besar memiliki keuntungan sekaligus kelemahan. Untungnya, ada banyak pemilih yang memperoleh pendidikan pemilih. Lemahnya, pertemuan jadi tidak efektif. Peserta ribut dan sulit dikendalikan. Tim trainer agak kesulitan mengembangkan variasi metode. Ke depan hendaknya peserta yang ikut dibatasi, sehingga pertemuan dapat dibuat jadi lebih efektif.
3. Peserta lebih suka penjelasan ke to the point, tidak bertele-tele. Lebih baik penyampaian materi dilakukan dengan berbagai pendekatan dan lebih interaktif. Siswa SMA umumnya lebih senang dengan metode permainan dan simulasi, sehingga suasana pertemuan jadi tidak monoton.
4. Dukungan peralatan berupa LCD dan alat peraga merupakan salah satu aspek penting guna memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan. Terlebih jika peserta yang hadir jumlahnya besar.
5. Penyampaian materi kepada peserta sebaiknya tidak terlalu cepat dan volume suara fasilitator diperbesar, sehingga peserta dapat menyimak dengan baik. Meskipun telah menggunakan pengeras suara, vokal yang kuat dan tegas dari fasilitator diperlukan untuk mengambil perhatian peserta. Salah satu penyebab suasana pertemuan jadi ribut adalah suara fasilitator yang kurang jelas dan penggunaan metode yang kurang tepat. Penyampaian materi yang hanya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab agak kurang berkenan di hati siswa. Ke depan kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi kegiatan hendaknya diperbaiki.
6. Dokumentasi atau foto kegiatan hendaknya diperbanyak. Pada pendidikan pemilih ini hanya beberapa foto yang diambil, sehingga ada banya pilihan foto yang dapat ditampilkan di dalam laporan ini.